Liputan6.com, Jakarta Pengobatan katup jantung bocor tidak menyembuhkan sepenuhnya bagian yang berlubang. Dalam hal ini, tidak membuat katup jantung kembali sempurna seperti semula.
Menurut dokter spesialis jantung konsultan BRM Ario Soeryo Kuncoro, katup jantung yang bocor ibarat kondisi retak, yang perlu penanganan ahli untuk memperbaikinya.
Advertisement
"Obat-obatan untuk menangani katup jantung bocor tidak mungkin menyembuhkan sepenuhnya. Sifatnya bukan memyembuhkan total," kata Ario.
"Bukan juga berarti dengan pemberian obat bisa sembuh. Tapi hanya membuat katup jantung tetap bertahan dalam kondisi tersebut. Apakah kebocoran dalam kategori ringan, sedang atau berat," papar Ario saat ditemui di BSD Tangerang, ditulis Rabu (25//9/2019).
Ketika katup jantung bocor, pengobatan yang diberikan hanya mengurangi keluhan yang dialami pasien. Bukan memperbaiki total, yang mana menutup katup jantung yang bocor.
Adapun keluhan katup jantung bocor yang dialami pasien, seperti sesak napas dan mudah lelah. Pada kondisi katup jantung bocor yang parah, wajah dan kaki pasien bisa membengkak.
Simak Video Menarik Berikut Ini:
Pantau Kondisi Pasien
Pasien yang mengalami katup jantung bocor akan dipantau kesehatan secara berkala. Hal ini dilakukan mengingat pengobatan tidak membuat katup jantung kembali pulih sempurna.
"Kalau bocornya kategori sedang atau berat, ya katup jantungnya akan bertahan seperti itu (meski diberikan obat). Kemungkinan lain, katup jantung bisa saja kondisinya makin parah, dari kategori sedang berubah berat," Ario menerangkan.
Oleh karena itu, cara memantau dan mengawasi pasien biasanya konsultasi berkala, seperti tiga bulan, enam bulan atau setahun sekali. Tergantung kondisi pasien seperti disampaikan Ario.
Kondisi pasien juga dipantau berdasarkan keluhan yang dirasakan. Katup jantung bocor dipantau dengan alat tertentu, yakni USG jantung.
"Kami juga memantau kondisi pasien melalui pengukuran rongga jantungnya. Untuk menentukan, apakah perlu tindakan lebih lanjut atau tidak," kata pria yang juga Wakil Sekjen I Perhimpunan Kardiovaskular Indonesia (PERKI) ini.
Advertisement