Yang Tersisa di Balik Unjuk Rasa Mahasiswa di Depan Gedung DPR

Sisa-sisa cerita di balik demontrasi mahasiswa di depan Gedung DPR. Apa sajakah itu?

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Sep 2019, 19:46 WIB
Mahasiswa dari beberapa universitas di Indonesia menggeruduk Gedung DPR RI. (Liputan6.com/Yopi Makdori)

Liputan6.com, Jakarta - Suasana di depan Gedung DPR RI riuh, Selasa 24 September 2019 saat ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta berdemonstrasi menolak pengesahan RUU KUHP dan revisi UU KPK.

Saat aksi mulai memanas, sejumlah fasilitas ikut dirusak. Seperti mobil milik kepolisian, ambulans, kendaraan water cannon, dan tiga pos polisi di Palmerah, pos polisi dekat Hotel Mulia dan di bawah jembatan layang Slipi serta security barrier.

Tidak Hanya itu, massa aksi bahkan membakar pintu Tol Pejompongan dan dua unit mobil milik warga. Imbas dari demonstrasi tersebut lalu lintas sempat dilihkan karena ada beberapa jalan yang ditutup. 

Gelombang penolakan mahasiswa tidak hanya terjadi di Jakarta. Sejumlah daerah, seperti di Medan, Bandung, Semarang, Solo, Lumajang hingga Makassar juga ikut menyuarakan isu yang sama, menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK. 

Berikut deretan cerita di balik demonstrasi mahasiswa pada 24 September depan Gedung DPR yang dihimpun Liputan6.com

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Warga Bagikan Makanan dan Minuman

Simpati dengan Aksi Mahasiswa, Warga Bagikan Makanan dan Minuman (Foto: Yopi Makdori)

Melihat aksi yang dilakukan para mahasiswa, banyak warga yang ikut bersimpati dengan apa yang disuarakan oleh para intelektual muda itu.

Banyak pengendara yang membagikan air minum dalam kemasan dan kurma kepada para mahasiswa. Bukan hanya para pengendara yang melintas di jalan depan Gedung DPR, masyarakat dari sekitar Jakarta pun sengaja memberikan logistik baik berupa makanan maupun minuman kepada massa aksi.

Salah satu warga bernama Dingo misalnya. Dia sengaja datang jauh-jauh dari Cempaka Putih ke lokasi aksi demi mendukung perjuangan mahasiswa Indonesia. Makanan dan air minum dalam kemasan dibagikan pula kepada massa aksi dengan cuma-cuma.

Menurutnya, seharusnya pemerintah memperhatikan kepentingan rakyat. Bukan malah meloloskan kebijakan yang menciderai semangat antikorupsi.

"Negara ini didirikan atas raja-raja nusantara. Saya mohon pemerintah rakyat-rakyat diperhatikan," tegas Dingo di sekitar lokasi aksi, Selasa, 24 September kemariin. 

Dingo juga meminta pemerintah menegakkan prinsip-prinsip Pancasila di Indonesia. Karena, menurutnya, hanya Pancasila yang bisa menyelamatkan bangsa ini.


254 Mahasiswa Rawat Jalan, 11 Rawat Inap

Massa mahasiswa memblokade Tol Dalam Kota saat berunjuk rasa di depan Gedung DPR/ MPR RI, Jakarta, Selasa (24/9/2019). Unjuk rasa menuntut penolakan atas pengesahan sejumlah RUU kontroversial tersebut diwarnai aksi bakar sejumlah kardus di tol dalam kota. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Dari aksi tersebut, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Eddy Pramono menyampaikan, sebanyak 254 mahasiswa menjalani rawat jalan dan 11 lainnya menjalani rawat inap di rumah sakit.

"Ada adik-adik mahasiswa yang terkena gas air mata. Kemudian karena dorongan, mereka lari dan sebagainya. Nanti kita dalami penyebabnya apa. Kita sudah mendata ada 254 yang dirawat jalan di beberapa rumah sakit dan dirawat inap 11 orang. Dan ini kita akan masih didalami oleh dokter kenapa yang bersangkutan (dirawat)," kata Gatot dalam jumpa pers di Gedung Promoter Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Rabu (25/9/2019).

"Nanti Pak Kabid Dokkes juga akan melihat ke rumah sakit di mana adik-adik kita ini dirawat," imbuh dia.

Gatot Eddy mengatakan, tak ada korban jiwa dalam aksi demonstrasi mahasiswa tersebut. Sementara itu, dia juga menyebutkan ada 39 anggota kepolisian yang terluka.

"Petugas polisi lebih kurang sebanyak 39 orang yang mengalami. Ada yang terkena batu lemparan, ada juga yang tangannya patah dan sebagainya dan sekarang dirawat inap," jelas Gatot.


Menggemakan Yel-Yel

Banner Infografis Gelombang Demo Mahasiswa Tolak RUU Kontroversial. (Liputan6.com/Triyasni)

Yel-yel 'revolusi' dan 'turunkan tirani' menggema tepat di depan Gedung DPR RI, Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa kemarin. Ribuan mahasiswa dari berbagai kampus bergerak dan menolak aturan yang dianggap tidak pro-rakyat.

Aturan yang digugat adalah RUU Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RUU KUHP) dan UU KPK. Demonstrasi digelar sehari sebelumnya, namun kemarin adalah puncaknya.

Para mahasiswa mengepung gedung parlemen, bahkan membeludak hingga ke tol dalam kota yang melintang di depan Gedung DPR RI.

Akibatnya, arus kendaraan di jalan tol dalam kota dari arah Pancoran menuju Slipi hanya diberlakukan satu lajur. Macet berat. Polisi mencoba membubarkan aksi dengan menyemprotkan air dari mobil water cannon dan melontarkan gas air mata.

Sejumlah orang dilaporkan luka-luka. Baik itu dari pihak demonstran, aparat, juga wartawan yang sedang melakukan tugas jurnalistik.

Tak hanya di Ibu Kota, aksi mahasiswa yang menolak RUU KUHP dan RUU KPK juga berlangsung di sejumlah wilayah di Tanah Air sejak Senin 23 September 2019. Antara lain di Bandung, Solo, Yogyakarta, Makassar, Palembang, Malang, Medan, dan lainnya.

Beberapa diwarnai rusuh tatkala para pendemo bentrok dengan aparat yang berjaga. 


Sampah Sisa Unjuk Rasa di DPR Mencapai 17 Ton

Kondisi pagar yang rusak dan sampah berserakan usai demonstrasi mahasiswa di sekitar Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (25/9/2019). Aksi menolak RUU yang dianggap bermasalah itu berujung ricuh dan bentrok dengan polisi sehingga menyebabkan sejumlah fasilitas umum rusak. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Demo mahasiswa yang menolak RUU KUHP dan sejumlah RUU lainnya tak hanya menyisakan kericuhan, aksi kemarin juga menyisakan 17 ton sampah di sekitar depan Gedung DPR. 

Melihat kondisi ini, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta melakukan pembersihan sampah sisa aksi unjuk rasa yang terjadi pada Selasa kemarin hingga Rabu dini hari tadi. 

Pagi tadi kawasan seputaran Gedung MPR/DPR yang menjadi lokasi konsentrasi massa terlihat bersih kembali. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Andono Warih mengatakan, ketika konsentrasi massa mulai mencair, pihaknya langsung menerjunkan ratusan personel dan armada yang telah disiagakan sebelumnya.

"Jam 23.00 WIB, kami mulai bergerak membersihkan. Pagi ini tinggal finishing," kata Andono, Rabu (25/9/2019).

Dinas Lingkungan Hidup mengerahkan personel sebanyak 100 orang dan armada berupa 10 unit road sweeper atau mobil penyapu jalan, dua unit truk sampah jenis compactor, lima unit truk sampah jenis typer dan empat unit pickup pengawas kebersihan kota.

"Sampah yang terkumpul mencapai 80 meter kubik atau sekitar 17 ton," kata Andono.

Selain di kawasan sekitar Gedung MPR/DPR, timbunan sampah juga terkonsentrasi di beberapa titik, seperti di Jalan Gatot Subtoto, Gerbang Pemuda dan sekitaran kawasan Semanggi.

"Umumnya sampah berupa batu-batu, kayu dan sisa makanan," kata Andono.

 

(Desti Gusrina)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya