Liputan6.com, Jakarta Sikap protektif ke pasangan dianggap sebagai rasa sayang. Namun, kebiasaan itu bisa membuat hal yang nampaknya manis malah 'racun' dalam hubungan.
"Pada awalnya memang manis dan romantis, tapi nanti bisa menjadi hal yang merusak hubungan," kata psikoterapis hubungan Laura Dabney kepada Bustle, Rabu (25/9/2019).
Advertisement
Misalnya begini, kata Laura, pasangan yang mengontrol pacarnya kesannya peduli dan sayang. Seperti selalu mengecek keberadaan, bertanya mau kemana dan dengan siapa. Namun, di beberapa titik hal ini bisa mengganggu.
“Perilaku ini kadang bisa jadi racun, tapi tak ada batasan jelas antara keduanya,” kata David Bennett, penasehat bersertifikat dan ahli hubungan.
Berikut beberapa kebiasaan yang manis tapi bisa merusak hubungan:
1. Mendadak muncul di saat tak terduga
Mendadak pasangan datang ke kantor lalu membawakan bunga. Lalu, besok dia mampir sambil membawakan makanan. Terkesan romantis ya? Gestur ini mungkin menarik di awal.
Namun, Mary J. Gibson, ahli hubungan di laman DatingXP, mengatakan beberapa orang menghargai ruang dan waktu pribadi mereka. Ini sangat mungkin terjadi, khususnya saat sedang bekerja.
Walaupun maksud pasangan seperti itu baik tapi bisa membuat pasangan merasa kesal dan terganggu.
2. Protektif
Saat mencintai seseorang, mendukung atau membela saat diperlukan sebenarnya baik. Namun, menurut Mary, sikap ini bisa menjadi menyebalkan bila pasangan selalu berusaha membantu menyelesaikan masalahnya.
“Ingat, Anda adalah pasangannya, bukan orangtua,” kata Mary.
“Pasangan Anda tidak perlu selalu dilindungi dari masalah dunia.”
Sikap protektif seharusnya berupa dukungan dan penyemangat, bukan menjadi halangan seperti sikap posesif atau selalu mengatur.
3. Selalu menjadi terapis pasangan
Setiap orang bisa merasa stres dan ingin mencurahkan isi hati ke orang lain. Menurut Diana Venckunaite, pakar hubungan, tidak ada salahnya menjadi 'terapis' bagi pasangan.
“Masalahnya dimulai saat Anda melewati batas dan menjadi pelampiasan emosi bagi pasangan Anda,” kata Diana.
Advertisement
4. Mengucapkan cinta terlalu cepat
“Pengakuan cinta yang terlalu cepat adalah bendera merah dalam metode manipulasi, yang disebut sebagai love bombing,” kata Christine Scott-Hudson, terapis pernikahan dan keluarga, serta pemilik Create Your Life Studio, Amerika Serikat.
Orang tersebut hanya akan melontarkan pujian yang dangkal, seperti penampilan dan melakukan hal yang romantis. Namun, dia tidak meluangkan waktu untuk benar-benar mengenal Anda dan menunjukkan siapa diri mereka. Hubungan ini biasanya tidak bertahan lama.
“Pelan-pelan, buka mata Anda lebar-lebar, dan tetap berpikir logis. Mengambil waktu sejenak tidak akan menyakiti pasangan yang sejati. Dia akan bersedia menunggu untuk mendapat kesempatan menjalin hubungan dengan Anda,” kata Christine.
5. Selalu memberikan hadiah setelah bertengkar
Perdebatan bukanlah hal yang aneh dalam sebuah hubungan. Hal itu normal dan sehat, karena Anda bisa mengenal satu sama lain. Namun, cara penyelesaiannya adalah hal yang sangat penting.
“Tidak ada salahnya meminta maaf dengan membawa seikat bunga,” kata ahli hubungan bersertifikat, Adina Mahalli, MSW.
Namun, menggunakan hadiah sebagai pengganti kata maaf bisa berujung pada penyelesaian yang tidak sehat. Hadiah tidak akan pernah bisa menggantikan permintaan maaf yang tulus.
6. Menjadikan pasangan sebagai pusat kehidupan
Ada pepatah yang mengatakan bahwa pasangan itu bisa mengalihkan dunia Anda. Di tahap awal hubungan, hal ini mungkin terkesan manis. Timbul rasa selalu ingin bersama. Namun, ketika Anda mulai berhenti meluangkan waktu bagi teman-teman, menelantarkan hobi dan hal yang biasa dilakukan untuk menjaga hubungan, ini bisa menimbulkan masalah.
“Perubahan fokus dari menjaga diri sendiri ke orang lain bisa menimbulkan perasaan hampa,” kata Diana.
“Ini akan menimbulkan rasa lupa mengenai siapa diri Anda dan apa yang disukai. Ini juga akan menyebabkan ketergantungan terhadap pasangan untuk bisa berbahagia.”
Bila Anda menjaga sikap dan beradaptasi dengan sesuai, hubungan bisa tetap sehat dan bertahan lama.
Penulis : Selma Vandika
Advertisement