Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu menegaskan kembali sentralitas ASEAN sebagai pusat gravitasi geopolitik, tak hanya di Asia Tenggara, namun juga Indo-Pasifik dan dunia.
Kehadiran negara-negara middle-power seperti Indonesia dan para anggota ASEAN juga sangat relevan dan penting, jelas Ryamizard. Terlebih, di tengah situasi dunia yang tidak menentu serta penuh dengan instabilitas, yang dipicu oleh persaingan antara negara-negara adidaya.
Advertisement
"Kompetisi geopolitik dan geoekonomi di antara negara besar mengancam instabilitas dan merusak konstelasi dunia yang semakin terpolarisasi," jelas Menhan saat membuka Jakarta Geopolitical Forum III/2019 yang diselenggarakan oleh Lembaga Ketahanan Nasioanal RI (Lemhannas) di Jakarta, Kamis (26/9/2019).
"Peningkatan kekuatan China sebagai negara adidaya baru dengan konsep Belt Road Initiative adalah salah satu contoh," lanjut Ryamizard.
Ryamizard melanjutkan, rivalitas China dengan Amerika Serikat di sektor geopolitik serta geoekonomi (perang dagang) adalah salah satu contoh modern dan nyata dari apa yang ia sebut sebagai bentuk instabilitas dewasa ini.
"Di tengah-tengah perkembangan itu, Indo-Pasifik harus muncul sebagai pusat gravitasi (poros) global yang baru, harus berkembang sebagai barometer dan membentuk tatanan baru yang bermakna untuk masyarakat dunia," jelasnya.
"Cara yang harus diambil oleh Indo-Pasifik adalah dengan membangun persahabataan dengan seluruh negara kawasan," lanjut purnawirawan jenderal TNI itu.
Ryamizard menggarisbawahi bahwa Indo-Pasifik memiliki 'daya tawar' yang kuat untuk menetralisir rivalitas negara-negara besar.
"Sekitar 40 persen dunia ekonomi dunia, atau sekitar US$ 5 triliun, mengalir di Indo-Pasifik. Oleh karena itu, kawasan ini akan menjadi sentral geopolitik dan geoekonomi dunia."
"Memang, dengan kekuatan yang Indo-Pasifik punya, akan memicu kawasan ini menjadi diperebutkan di antara negara besar. Tapi, besarnya harapan akan kerja sama yang produktif di Indo-Pasifik mengalahkan potensi ancaman yang membayangi," jelas Ryamizard.
Dan, di tengah-tengah itu semua, ada ASEAN.
"ASEAN adalah sebuah keajaiban dunia dan merupakan harapan utama bagi Indo-Pasifik. ASEAN, selama puluhan tahun, terus bersatu dan kuat meski 10 negara ini memiliki sejumlah perbedaan," kata Menhan.
"Namun, dengan semangat persatuan, kita memilih opsi damai untuk menyingkirkan perbedaan demi kepentingan bersama. Prinsip inklusivitas ini bisa dijadikan peluang bagi ASEAN dalam memimpin Indo-Pasifik sebagai tatanan dunia baru yang meninggalkan ego politik dan sektoral demi kesejahteraan bersama."
"ASEAN harus memimpin, kita ada di tengah-tengah Indo-Pasifik dan dunia Barat dan Timur. Dan ASEAN sepakat, membangun stabilitas dan keamanan kawasan adalah penting untuk kesejahteraan," tutup Ryamizard.