Liputan6.com, New York - Mendirikan startup, menjadi CEO muda, sukses mendapat pendanaan, kemudian dipecat investor. Pola itu kerap terjadi di dunia startup. Salah satunya kini melanda Adam Neumann.
Neumann adalah co-founder startup WeWork yang menyediakan rental ruang kerja di 29 negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Investor pun mendekati WeWork. Pada Januari lalu saja, SoftBank Group menambah investasi ke WeWork hingga USD 6 miliar.
Baca Juga
Advertisement
Dan pekan ini, para investor pula yang mendorong Neumann agar lengser dari kursi CEO. Tingkah laku Neumann dinilai tak pertanggunjawab dan eksentrik dalam menjalankan perusahaan.
Dilaporkan Business Insider, salah salah hal yang memicu pemecatan Neumann adalah penundaan pelepasan saham perusahaan agar WeWork menjadi perusahaan publik.
Hal lain gaya memimpin Neumann. Dia bahkan sempat memberikan istrinya kuasa untuk menentukan penerusnya bila ia wafat sebagai pemimpin WeWork.
Sementara, Wall Street Journal melaporkan bahwa sang CEO gondrong itu diketahui pernah memakai marijuana di pesawat jet pribadinya dan keputusan manajemen darinya sulit diprediksi.
Neumann dalam pernyataan resminya berkata ia mundur karena terlalu banyak distraksi dalam perusahaan. Ia pun mundur demi kepentingan terbaik perusahaan.
"Sebagai co-founder WeWork, saya sangat bangga pada tim ini dan perusahaan luar biasa yang kita bangun selama satu dekade ini," ujar Neumann.
Posisinya sebagai CEO digantikan oleh dua orang: Sebastian Gunningham (mantan Chief Automation Officer) dan Artie Minson (mantan Chief Financial Officer).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
CEO Lain yang Pernah Tumbang
Neumann jelas bukan CEO pertama yang ditendang dari perusahaannya. Yang paling terkenal adalah Steve Jobs yang dipecat dari Apple pada tahun 1985 karena dinilai tak cakap sebagai pemimpin.
Hebatnya, Steve Jobs berhasil sukses di luar Apple dan akhirnya kembali menjadi CEO pada tahun 1997 hingga ia wafat di tahun 2011.
Pada tahun 2017, pendiri Uber Travis Kalanick juga resign sebagai CEO. Sebetulnya, banyak berita miring terkait kepemimpinannya, namun dorongan resign muncul ketika ia terlibat debat panas dengan seorang sopir Uber terkait kebijakan perusahaan.
Setahun kemudian, giliran pendiri Facebook Mark Zuckerberg yang didorong agar resign. Untungnya, Zuckerberg tetap teguh sebagai CEO. Revenue Facebook pada 2018 juga meningkat 38 persen dari tahun sebelumnya.
Advertisement
Bos Uniqlo: Perempuan Cocok Jadi CEO
Tadashi Yanai menginginkan seorang perempuan untuk penerusnya sebagai CEO Uniqlo. CEO perempuan dinilai Tadashi lebih teliti dan tak gampang menyerah.
"Pekerjaan itu lebih cocok untuk seorang perempuan, (mereka) lebih tahan banting, berorientasi kepada detail, dan punya pandangan estetika," ujar Tadashi Yanai seperti dikutip Forbes.
Siapapun yang terpilih menjadi CEO Uniqlo, maka ia akan memimpin perusahaan yang tahun lalu meraup operating profit sebesar USD 2,3 miliar.
Penjualan Uniqlo di Jepang juga naik 9,9 persen pada Agustus 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, Uniqlo juga sedang terkena dampak negatif dari cekcok politik antara Jepang dan Korea Selatan.
Salah satu perempuan yang berpotensi menjadi CEO Uniqlo adalah Maki Akaida. Ia diangkat menjadi CEO operasi bisnis Uniqlo di Jepang pada Juni lalu, Nikkei Asian Review mencatat Akaida sebelumnya adalah senior vice president di Fast Retailing, induk Uniqlo.
Tadashi Yanai dan keluarganya memiliki saham sebesar 44 persen di Uniqlo. Kekayaan Yanai kini mencapai USD 30,4 miliar dan menjadikannya sebagai orang terkaya di Negeri Sakura.