Cerita Akhir Pekan: Sepenggal Kisah Hartono Sumarsono, Sang Kolektor Batik

Tak sekadar warisan budaya Nusantara, batik memiliki pesan dan makna mendalam bagi seorang kolektor batik, Hartono Sumarsono.

oleh Putu Elmira diperbarui 29 Sep 2019, 10:00 WIB
Hartono Sumarsono, sang kolektor batik. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Bentuk rasa cinta anak bangsa pada warisan budaya dan tradisi Tanah air dapat diwujudkan dalam beragam hal. Seperti Hartono Sumarsono, seorang kolektor batik yang begitu jatuh hati dengan kain berbagai motif dan warna tersebut.

Bagi Hartono, batik telah menjadi ciri khas Indonesia, terlebih ketika UNESCO menetapkan batik sebagai warisan budaya dunia. Sebagai warga negara Indonesia, ia sangat mencintai barang-barang seni dan batik ia pilih sebagai koleksi utama.

Kecintaannya pada batik tumbuh pada 1983 silam dengan mulai membeli batik. Tak hanya itu, hatinya pun tergugah lewat ungkapan para pedagang yang menjual barang-barang antik.

"Pertama-tama suka dengan keramik-keramik Cina dan saya belanja itu di Jalan Surabaya, Menteng. Di sana, pedagang-pedagang Minang menceritakan alangkah sayangnya batik-batik kita dibawa oleh orang-orang mancanegara. Kemungkinan suatu hari batik yang bagus itu tak ada di Indonesia lagi," ungkap Hartono kepada Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

 

Koleksi batik Hartono Sumarsono, sang kolektor batik. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Kata-kata para pedagang tersebut berhasil membuat Hartono berpikir. Terlebih ia berdagang batik, meski yang dijual itu tekstil motif batik. Bermulai dari momen tersebut, ia pun mulai mengoleksi ragam batik. Lantas, apa koleksinya yang paling langka?

"Yang sangat langka itu bed cover. Kalau saya berpikir tentang bed cover itu kemungkinan besar dimiliki seorang kapiten karena sangat jarang sekali sudah 35 tahun mengoleksi batik nggak pernah melihat orang menjual bed cover semacam itu," lanjutnya.

Penelusuran Hartono kian merasuk pada motif-motif yang dihadirkan di batik. Arti batik, sambungnya, begitu penuh arti seperti simbol-simbol hewan sangat luar biasa yakni sebagai doa, harapan, dan nasehat orangtua kepada keturunannya.

Hal awal yang membuat Hartono jatuh hati dengan batik dan ingin membelinya, tidak lain mencari yang betul-betul halus. Saat ini, koleksinya yang mencapai 1000 koleksi batik tersebut mayoritas dari batik pesisir.

"Pesisir dari banyak tempat, dari Cirebon, Pekalongan, Tegal, Kudus, Lasem, Sidoarjo, Madura, Banyumas. Belakangan, saya mengoleksi batik-batik dari saudagar batik dari Solo," jelasnya.

Batik yang cantik ternyata memiliki musuh yang sangat dihindari oleh para kolektor, termasuk Hartono. "Musuh utama dari batik itu adalah ngengat, ngengat datang kalau tempatnya lembap biasanya langsung bolong. Sekarang pakai AC supaya udaranya kering," ungkap Hartono.

Ada kisah pilu yang menimpa Hartono terkait kain batik koleksinya yang menjadi sasaran ngengat. Momen itu terjadi pada tahun 90-an ketika ia agak bosan hingga tidak membuka lemari selama tiga tahun.

"Ada (yang) langsung bolong. Ada 1,5 sentimeter dan itu batik Belanda bukan batik biasa makanya jadi ingat," ungkap Hartono.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Pengaruh Negara Lain pada Batik Indonesia

Hartono Sumarsono, sang kolektor batik. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Berdasarkan koleksi buku pertama batik pesisir, Hartono Sumarsono menyebut ada beberapa negara yang memengaruhi batik Indonesia. Salah satu di antaranya Batik Besurek.

"Batik ini adalah pengaruh dari Arab. Kalau kita tahu dari zaman abad ke berapa orang-orang Arab datang ke Indonesia dan di dalam akulturasi pun terjadi di batik seperti ini. Banyak Batik Besurek seperti ini ditemukan di daerah Bengkulu," jelasnya.

Ada pula pengaruh dari India pada Batik Jlamprang. Batik ini diambil dari patola karena di India sejak 200 tahun lalu muncul motif-motif patola semacam Batik Jlamprang.

"Di pekalongan ini dinamakan Jlamprang, patola memengaruhi batik di Jogja namanya Nitik. Tenun di NTT di Sumba itu banyak motif-motif India yang mempengaruhi tenun-tenun disana," tambahnya.

Ada pula orang Belanda bernama Nyonya Meyer membuat batik yang sangat langka yakni motif wayang. Tak sekadar motif wayang, tetapi ada cerita di baliknya yakni mengenai Arjuna Wiwaha atau perkawinan dengan tujuh bidadari.

"Ada batik bed cover yang motifnya dipengaruhi oleh Cina. Ini sangat identik dengan batik yang dipengaruhi Cina namanya Bangbiru dasarnya broken white, dengan warna merah dan biru. Ini sangat identik dengan batik-batik Lasem," jelasnya.

Ragam gambar yang ada di batik ternyata memiliki banyak makna mendalam. Sebut saja sepasang kera mempunyai arti generasi yang akan datang akan lebih baik dari generasi sekarag. Ada pula ikan berkepala naga yang melambangkan fighting spirit.

"Rusa ini artinya berpenghasilan baik. Ini kayak kalong ini artinya rezeki, kalau burung Hong ini lambang wanita utama. Kalau bunga teratai itu lambang hati yang suci. Jadi semua hewan-hewan di sini mempunyai makna, ayam tentang kerajinan, kuda ini tentang kecepatan," tutur Hartono.


Batik Hokokai hingga Kisah Sampek Engtay

Koleksi batik Hartono Sumarsono, sang kolektor batik. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Sementara Batik Jawa Hokokai dipengaruhi oleh bangsa Jepang ketika menjajah Indonesia pada 1942. Hartono meneliti koleksinya, tidak ada batik semacam Jawa Hokokai yang hadir dengan satu kelebihan.

"Dari warnanya yaitu, warna kuning yang sangat menonjol, dan juga motif bunga sakura yang jarang dibatik oleh orang-orang Indonesia dan sangat berbeda sekali dengan batik yang pernah ada di Indonesia. Begitu meriahnya." ungkapnya.

Kala itu, orang-orang Jepang menyuruh orang Pekalongan membuat batik tersebut. Bukan untuk dibawa kembali ke Negeri Sakura, tetapi untuk diberikan kepada orang-orang Indonesia yang berjasa pada Jepang.

"Makannya orang Jepang sendiri pun tidak mengerti batik Jawa Hokokai seperti apa. Ada satu lagi yang sangat menarik walaupun batik ini dipengaruhi oleh Jepang tapi pembuatnya adalah orang-orang Cina," lanjutnya.

Satu koleksi Hartono yang memiliki nilai historis yang luar biasa dan sangat langka yakni Sampek Engtay. Kisah di Cina tersebut sangat termasyur itu layaknya Romeo dan Juliet.

"Ini yang sekar jagadnya yang di bawahnya cerita Sampek Engtay itu sendiri. ada meraknya ada gundukannya itu kuburan dari Sampek, nah kalau kita mengingat cerita dari Sampek Engtay sendiri kasih tak sampai," kata Hartono.

Ia berkisah singkat mengenai Sampek Engtay, di mana Engtay adalah seorang perempuan dari keturunan berada, sementara Sampek adalah pemuda yang miskin. Sampek bersekolah, sedangkan Engtay tidak menuntut ilmu karena ia perempuan. Namun akhirnya ia diperbolehkan orangtuanya ke sekolah dengan pakaian pria.

Koleksi batik Hartono Sumarsono, sang kolektor batik. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

"Nah di sekolah Engtay jatuh cinta sama Sampek, tapi Sampek tidak mengerti kalau Engtay itu wanita. Ketika orang tua Engtay tahu, kalau Engtay punya pacar akhirnya ia dipanggil pulang. Saat itu Sampek ikut sampai ke dekat rumahnya Engtay," ungkapnya.

Saat Hartono bertandang ke Hangzhou, Cina, sekitar 6--7 tahun lalu, ia diceritakan bahwa saat ingin berpisah, Sampek dan Engtay bolak-balik jembatan hingga 18 kali. Hal tersebut saking beratnya untuk berpisah, demikian ia dikisahkan oleh warga setempat kala itu.

"Ketika Engtay sampai rumahnya orang tuanya menjodohkan dengan seorang bupati. Engtay menantang keras, tetapi akhirnya harus menikah dengan itu. Ketika Sampek kembali ke sekolahnya, Engtay memberikan tanda untuk diberikan kepada Sampek kalau dia sudah kembali. Ternyata kaget kalau Engtay itu perempuan langsung Sampeknya bingung. Lalu akhirnya, dia menyusul ke rumahnya Engtay," tambahnya.

Sesampai di rumah Engtay, ia mengatakan menikah. Kala itu, Sampek tidak tahan hingga meninggal dunia. Saat Sampek tiada, Engtay dilanda kesedihan yang mendalam. Saat dipaksa menikah dengan pria pilihan sang ayah, Engtay menyebut ia ingin pergi ke tempat kekasihnya dan ingin berdoa terlebih dahulu di kuburan Sampek.

"Bapaknya menentang karena apa ya nggak mungkin masak pengantin mau sembahyang di kuburan. Tapi ibunya Engtay uda biarin aja kasih aja. Supaya beres urusan. Akhirnya, dia ini diberikan kesempatan untuk berdoa, makanya di sini gundukan melambangkan Engtay yang sedang berdoa di kuburannya Sampek. Ketika dia berdoa itu ada gempa bumi, tanah terbelah, kuburanya terbelah langsung Engtay terjun ke dalam, masuk tertutup lagi kuburannya. Terus muncullah sepasang kupu-kupu, keluar kupu-kupu ini. Ya itulah cerita Sampek Engtay, kasih tak sampai," tutupnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya