Ketika Difabel Netra Jajal Profesi Barista

Kementerian Sosial Republik Indonesia belum lama ini melakukan kerja sama pengayaan pelatihan barista untuk difabel netra.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Sep 2019, 14:16 WIB
Kopi | unsplash.com/@nate_dumlao

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini kopi menjadi gaya hidup seseorang,banyak orang-orang yang sudah mulai mempelajari seni meracik secangkir kopi. Demikian juga dengan masyarakat difabel yang memiliki hambatan pada penglihatan.

Mereka pun mendapatkan kesempatan untuk terjun ke profesi barista, seperti dilansir www.newsdifabel.com, Kamis (26/9/2019).

Badan Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra (BRSPDSN) Wyata Guna bersama pihak Siloam Korea, yang dinaungi Kementerian Sosial Republik Indonesia, belum lama ini melakukan kerja sama pengayaan pelatihan barista untuk difabel netra low vision.

Pelatihan tersebut dilakukan sekitar tiga bulan. Sebagai wujud keseriusannya, pihak penyelenggara melakukan uji praktik seni meracik kopi oleh difabel yang memiliki hambatan pada penglihatan.

Siswa yang telah mengikuti pelatihan tersebut mencoba mempraktikkan proses pembuatan kopi, penyajian, serta mengajarkannya kepada difabel netra lainnya yang belum pernah mengikuti kelas barista.

Dewi Yuliawati, selaku penanggung jawab sekaligus koordinator kelas barista ini menyampaikan, untuk tingkat kemampuan semua peserta kelas angkatan pertamanya sangat luar biasa. Hampir mencapai seratus persen atau maksimal dari yang diharapkan.

Menurut Dewi, para siswa sudah mampu menyerap materi teori dan praktik. Mulai dari membuat kopi, menyajikan, meracik dan mengajarkan kembali kepada rekannya.

"Pencapaian proses belajar yang cepat, mengingat baru sekitar tiga bulan saja mereka menekui dan mengenali dunia barista. Mungkin tingkat kemampuan mereka bisa dikatakan sudah sekitar 90 persen," ujar Dewi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Melalui Proses Belajar

Puluhan pemuda - pemudi Karang Taruna asal Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri Jawa Timur ini nampak serius menyimak penjelasan dari seorang barista. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Yuniarti, salah satu siswi kelas barista mengakui, dirinya dapat dengan mudah mengikuti dan mengakses materi yang diberikan.

"Kalau dibilang sudah menguasai sepenuhnya mungkin belum 100 persen karena harus sering dipraktikkan. Namun, dari banyaknya jenis olahan kopi, kami rata-rata dapat membuatnya dengan takaran dan rasa yang cukup baik," kata Yuniarti.

Dalam mengakses ragam peralatan dan mesin yang digunakan, para siswa barista mengakui tidak menemukan kendala yang sangat sulit. Sebagian besar mesin menggunakan tombol putaran yang masih dapat diraba.

Bahkan, ada mesin filter yang menggunakan angka tulisan braille pada salah satu tombol yang memang sering digunakan. Dan itu sangat memudahkan untuk diakses oleh barista difabel netra low vision dengan sisa penglihatan hanya 20 persen saja.

Barista rupanya akan menjadi salah satu profesi baru yang sangat diminati difabel netra. Selain itu, mereka juga akan semakin menemukan banyak alternatif pekerjaan yang dapat dilakukan oleh para difabel netra yang memiliki hambatan pada penglihatannya.

 

(Desti Gusrina)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya