Kabut Asap Pergi, Bau Partikel Kebakaran Lahan Masih Menyengat di Pekanbaru

Kabut asap memang tidak lagi menyelimuti Kota Pekanbaru dan wilayah Riau lainnya, namun bau partikel hasil kebakaran lahan masih tercium.

oleh M Syukur diperbarui 26 Sep 2019, 22:30 WIB
Suasana Kota Pekanbaru tanpa kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Sudah tiga hari Pekanbaru dan sebagian besar wilayah di Riau disiram hujan. Kabut asap sudah hilang dan membuat jarak pandang sangat baik meskipun langit biru belum terlihat jelas karena gumpalan awan hitam pertanda hujan akan turun.

Hanya saja, bau partikel hasil kebakaran lahan masih tercium oleh masyarakat meskipun tidak menyengat hidung seperti yang sudah-sudah. Hal ini dirasa wajar karena di berbagai titik masih ada sisa kebakaran lahan mengeluarkan asap tipis.

Menurut Analis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pekanbaru, Sanya Gautami, di udara Kota Bertuah Madani masih ada sisa partikel asap. Biasanya terbawa oleh hujan dan angin dari lokasi kebakaran.

Dia menjelaskan, data PM10 di Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) masih ada 30 mikro meter partikel terdeteksi. Partikel ini masih tertahan di udara dan biasanya menghilang jika hujan turun.

"Kadarnya itu masih di bawah ambang batas. Biasanya saat hujan turun, nilai PM10 akan minus," kata Sanya, Kamis (26/9/2019).

Menurut Sanya, secara umum kabut asap di Riau sudah menipis dan jarak pandang membaik. Meskipun pandangan mata seperti melihat masih ada kabut asap tapi itu bukan hasil kebakaran lahan, melainkan mist.

"Mist merupakan kabut tipis yang terjadi karena embun. Bukan kabut asap hasil kebakaran hutan dan lahan karena sifatnya basah dan menghilang jika suhu naik," jelas Sanya.

Untuk di Pekanbaru, jarak pandang berdasarkan pantauan BMKG berada pada 1500 meter karena mist. Begitu juga di Kota Dumai 1500 meter dan Kabupaten Pelalawan 3000 meter karena mist.

Di samping itu, BMKG juga tidak lagi mengeluarkan peringatan dini berkurangnya jarak pandang serta peningkatan polusi udara karena kabut asap hasil Karhutla. Yang ada hanya peringatan turunnya hujan.

"Dari pagi hingga malam hari ada potensi hujan dengan intensitas ringan hingga sedang disertai petir dan angin kencang," kata Sanya.

Simak juga video pilihan berikut ini:


Minim Titik Panas

Seorang warga menyiramkan air ke lokasi kebakaran lahan di Riau agar tidak meluas. (Liputan6.com/M Syukur)

Tingginya intensitas hujan di Riau dalam tiga hari belakangan memang ampuh mengendalikan Karhutla. Titik panas yang biasanya mencapai ratusan, pada Kamis ini hanya 5 titik.

"Pantauan satelit, titik panas ada 4 di Kota Dumai dan 1 titik panas di Pelalawan. Dari jumlah itu, yang dipercaya sebagai titik api hanya 3 titik," kata Sanya.

Sementara di Pulau Sumatra, titik panas masih terdeteksi di Aceh 2 titik, Bengkulu 3 titik, Lampung 17 titik, Sumatra Utara 4 titik, Sumatra Selatan 42 dan Bangka Belitung 20 titik.

Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau menyebut kualitas udara membaik tidak hanya di Pekanbaru. Hal serupa juga terjadi di daerah Minas (Siak) dan Duri (Bengkalis).

"Begitu juga dengan Kota Dumai, Libo, Bangko (Rokan Hilir) dan Petapahan (Kampar). Kualitas udaranya baik hingga sedang," kata Kepala BPBD Riau Edwar Sanger.

Terkait luasan lahan terbakar di Riau sepanjang tahun ini, Edwar menyebut ada 8.644,41 hektare. Angka itu tersebar di Kabupaten Rokan Hulu 89,25 hektare, Rokan Hilir 1.816,45 hektare dan Kota Dumai 351,75 hektare.

Berikutnya di Kepulauan Meranti 368,5 hektare, Siak 863,37 hektare, Pekanbaru 217,47 hektare, Kampar 350,53 hektare, Pelalawan 531,2 hektare, Indragiri Hulu 1.070,1 hektare, Indragiri Hilir 1.067,85 hektare dan Kuantan Singingi 20,1 hektare.

"Mudah-mudahan tidak ada kebakaran lahan, mari jaga lahan bersama. Jaga alam, maka alam jaga kita," imbuh Edwar.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya