Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berencana untuk menghentikan ekspor nikel per 31 Desember 2019. Keputusan tersebut, mempertimbangkan cadangan nikel di Indonesia yang bisa ditambang hanya delapan tahun saja. Dampaknya, para pelaku usaha asal Korea Selatan dan Cina menyatakan minatnya membangun pabrik baterai di Indonesia.
Koordinator Bidang Kemaririman Luhut Binsar Padjaitan menjelaskan, pada pertemuan dengan LG Chemical di Seoul beberapa hari lalu, sejumlah pengusaha mengatakan sedang mempertimbangkan pengembangan fasilitas produksi lithium battery di Indonesia
Seiring melonjaknya harga nikel, beberapa perusahaan juga sudah berniat membangun pabrik pengolahan dan pemurnian (smelter) di Indonesia.
"Setelah mendengar rencana Indonesia untuk menerapkan pelarangan ekspor Nikel efektif Januari 2020, dan juga setelah nikel di pasar global yang terus naik,” kata Luhut, dalam keterangan tertulis, yang disitat dari Bisnis Liputan6.com, Kamis (26/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Namun menurutnya, LG Chemical masih belum menentukan mitra dengan perusahaan, dan ada kemungkinan kerja sama tersebut dilakukan dengan Cina atau Volkwagen, sebagai perusahaan pembuat mobil asal Jerman yang tengah mengembangkan produk mobil listriknya.
Hal ini mendukung rencana pemerintah mengembangkan kendaraan listrik. Sebagaimana diketahui, bahan baku baterai mobil listrik adalah nikel dengan kadar di bawah 1,4 persen yang saat ini masih diekspor.
"Mobil listrik juga menggunakan aluminium dan carbon steel seperti untuk bagian sasisnya, mesin dll. Dengan demikian kita berharap penerimaan pajak akan meningkat dan membuka lebih banyak lapangan kerja,” pungkasnya.
2 Tahun Lagi Indonesia Punya Pabrik Baterai Kendaraan Listrik
Komponen yang paling utama untuk pengembangan kendaraan listrik, adalah baterai. Bahkan, bisa dikatakan, komponen ini merupakan masa depan yang harus benar-benar dikuasai di dalam negeri.
Dijelaskan Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko, penguasaan baterai mobil listrik inilah yang dipikirkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan. Bahkan, yang dua tahun lagi, atau tidak sampai dua tahun Indonesia akan memiliki pabrik baterai yang luar biasa.
"Sehingga kalau kita mandiri, setidaknya ada empat komponen utama dalam mobil listrik. Pertama adalah baterai, kedua motor, ketiga motor controller itu yang bisa merubah kecepatan, dan keempat inverter untuk merubah dari DC ke AC, ditambah lagi satu komponen dari luar charger station," ujar Moeldoko dalam sambutannya saat pembukaan Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019, di Balai Kartini, Rabu (4/9/2019).
Lanjutnya, lima komponen itu sebentar lagi bisa dimiliki oleh Indonesia. Jadi, jika saat ini mobil listrik masih kelihatan mahal, namun pria yang juga membesut merek bus listrik, Mobil Anak Bangsa (MAB) ini memiliki keyakinan jika mobil listrik ke depan bakal murah.
"Kenapa? Karena kita bisa membangun motor sendiri, kita bisa membangun baterai sendiri. Baterai itu terdiri dari tiga, satu baterai cell, kedua managing baterai, dan ketiga packaging-nya," tegasnya.
Advertisement