Wantiknas dan BAKTI Luncurkan Meaningful Broadband Working Group

Pemerintah menilai internet cepat perlu didukung dengan pemanfaatan yang bisa mengakselerasi kemajuan di daerah 3T.

oleh Agustin Setyo Wardani diperbarui 26 Sep 2019, 18:15 WIB
Profesor Harvard,Craig Warren Smith (kedua kiri); bersama Dewan Tim Pelaksana Wantiknas, Ilham Akbar Habibie; dan Dirut BAKTI, Anang Latif, menjelaskan tentang Meaningful Broadband Working Group. (Liputan6.com/ Agustin Setyo Ward

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah kian serius untuk menghubungkan seluruh Indonesia dengan jaringan internet, terutama di daerah-daerah terdepan, tertinggal, dan terluar (3T).

Upaya ini telah dilaksanakan dengan pembangunan program infastruktur broadband Palapa Ring, BTS USO, hingga satelit internet cepat yang dibangun oleh BAKTI (Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi).

Namun, pemerintah menilai internet cepat perlu didukung dengan pemanfaatan yang bisa mengakselerasi kemajuan di daerah 3T.

Antara lain berbagai kementerian dan instansi terkait telah merencanakan program unggulan dengan sasaran utama di bidang kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan. Program ini dinilai perlu diintegrasikan supaya bisa mencapai hasil maksimal.

Untuk itu, Dewan TIK Nasional (Wantiknas) menggandeng BAKTI dan meluncurkan kelompok kerja Meaningful Broadband (Meaningful Broadband Working Group). Tujuan dari kelompok kerja ini adalah mengembangkan ekonomi digital inklusif agar sampai ke masyarakat daerah 3T.

Ketua Tim Pelaksana Wantiknas Ilham Akbar Habibie menjelaskan, kelompok kerja Menaingful Broadband Working Group (MBWG) ini akan mengumpulkan sumber daya dari sektor publik dan swasta, termasuk startup, untuk menghasilkan produk dan layanan yang berkelanjutan secara finansial.

"Tujuan kelompok kerja ini adalah mengupayakan bagaimana memperkuat daerah 3T yang telah terjangkau akses internet cepat (broadband) yang dibangun BAKTI agar bisa mengakses pendidikan, kesehatan, dan ekonomi," kata Ilham di Jakarta, Kamis (26/9/2019).

Ilham mengatakan, daerah 3T merepresentasikan 30 juta populasi di Indonesia yang juga harus dilayani seperti masyarakat di luar daerah 3T.

Kelompok kerja ini, kata Ilham, terdiri dari eksekutif operator telekomunikasi, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kantor Presiden, pejabat kementerian, lembaga investasi, perusahaan teknologi internasional maupun startup unicorn lokal, dan lembaga-lembaga terkait.

 


Rencana Alternatif Pengembangan Industri 4.0

Ilustrasi internet. (Doc: CNET)

Menurut Ilham, ke depannya, kelompok kerja Meaningful Broadband akan menawarkan rencana alternatif pengembangan industri 4.0 yang sedang berjalan, didorong oleh bisnis yang berkembang saat ini.

Rencana ini mengacu pada model Dynamics 4.0 yang memungkinkan inovasi TIK dirancang untuk masyarakat kelas menengah bawah. Dua pengembangan ini bakal digabungkan untuk menghasilkan ekonomi digital yang lebih inklusif dan menjangkau bahkan ke masyarakat di daerah 3T yang selama ini kesulitan mengakses internet.

Ilham mengatakan, landasan ekosistem Meaningful Broadband adalah program dari BAKTI yang mengelola dana universal service obligation (USO), yang dirancang khusus untuk melayani daerah 3T.

Di tempat yang sama, Direktur Utama BAKTI Anang Latif mengatakan, masalah kesenjangan digital masih terjadi di Indonesia, terutama di Indonesia Timur. Anang menyebut, pembangunan infarstruktur internet tidaklah cukup untuk mengatasi kesenjangan digital.

"Pembangunan infrastruktur saja tidak cukup, karena historinya internet justru dipakai untuk pornografi untuk itulah kami mendesain kembali USO. Selain mengembangkan infrastruktur juga memikirkan bagaimana membuat ekosistem internet yang mendukung pemberdayaan daerah 3T," tutur Anang.

Anang mengatakan, untuk membuat sebuah ekosistem yang mampu melayani masyarakat Indonesia, diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak di dalam kelompok kerja ini untuk mendorong pemanfaatan internet secara positif sekaligus memberdayakan.

 


Digagas Profesor Harvard

Ilustrasi Internet (iStockphoto via Google Images)

Sekadar informasi, kelompok kerja Meaningful Broadband ini digagas oleh seorang profesor Harvard bernama Craig Warren Smith. Ia merupakan presiden Digital Divide Institute di Seattle, Amerika Serikat.

Konsep Meaningful Broadband yang diusung Smith ini melihat, jika tidak ada regulasi, digitalisasi di negara berkembang akan rentan menimbulkan kesenjangan sosial.

Smith menyebut, nantinya kelompok kerja akan berkolaborasi dengan berbagai stakeholder, termasuk startup unicorn seperti Tokopedia dan Grab.

"Kami melihat, perlu ada kolaborasi dan sharing cost and risk untuk membangun daerah 3T sehingga masyarakat di sana bisa mengakses ekonomi digital seperti di wilayah lainnya. Kerja sama ini dilakukan untuk memastikan, terbangunnya sebuah ekosistem internet di wilayah 3T," kata Smith.

(Tin/Ysl)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya