Kronologi Ambulans Dituduh Polisi Angkut Batu dan Bensin untuk Demonstran

Pengurus PMI Pusat Bidang Relawan Muhammad Muas mengatakan, tuduhan yang dilontarkan polisi bahwa pihaknya menyuplai batu dan bensin untuk demonstran tidak benar.

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Sep 2019, 19:16 WIB
Pelajar berhadap-hadapan dengan barikade polisi saat berdemonstrasi di Jalan Layang Slipi, Petamburan, Jakarta, Rabu (25/9/2019). Bentrok pelajar dengan polisi yang terjadi sejak siang hingga malam tersebut dipicu kekerasan yang dialami pelajar saat demo di Gedung DPR. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta - Polda Metro Jaya mengakui adanya kesalahpahaman terkait tuduhan ambulans PMI dan Pemprov DKI Jakarta membawa batu. Tuduhan itu pun kemudian meluas di jagad media sosial Twitter yang diunggah akun milik TMC Polda Metro Jaya.

Pengurus PMI Pusat Bidang Relawan Muhammad Muas mengatakan, tuduhan yang dilontarkan polisi bahwa pihaknya menyuplai batu dan bensin untuk demonstran tidak benar.

Saat kerusuhan demonstransi pecah, Rabu (25/9/2019), pihaknya menurunkan lima unit ambulans dan tiga unit motor. Sementara personel medis yang diturunkan adalah 31 orang.

"Kemarin jam 17.00 sore, semua ambulans yang diwakili oleh PMI DKI, ada sekitar 5 mobil ambulans PMI, dengan tiga motor PMI, bersama 31 awak. Jadi, di setiap mobil ada 5 hingga 6 orang," katanya di Kantor PMI Pusat, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Kamis (26/9/2019).

Menurut dia, mereka murni terjun untuk menolong korban saat kericuhan. Sehingga, menjelang pukul 20.00 WIB, seluruh armada bergerak ke wilayah yang telah dibagi.

"Nah, pada saat menjelang jam 8, bersama ketua Binmas DKI, mereka bergerak, dibagi, ada yang di Slipi, di Palmerah, dan di Hotel Mulia, pembagian ini berdasarkan kerjasama dinas kesehatan. Dinas kesehatan juga menerjunkan ambulans. Ini di bawah koordinasi dinas kesehatan," katanya.

"Sekitar jam 11.40 WIB, pada waktu kejadian mencekam, konflik terjadi keras antara pihak pengamanan dan demonstran, di situlah kejadian di Slipi, mobil ambulans kita yang mau balik mereka yang terkena batu dan sebagainya, pada waktu itu mobil mau kembali ke tempat, itu batu beterbangan. Salah satunya mobil kita kena yaitu mobil PMI Jaktim, terkena lemparan batu. Terkena samping dan belakang. Itu memungkinkan batu masuk ke dalam mobil karena akibat pecahan (kaca mobil) tersebut," bebernya.

 


Dibawa ke Polda Metro Jaya

Mahasiswa memblokade Tol Dalam Kota saat berdemonstrasi menolak RUU KUHP dan revisi UU KPK di depan Gedung DPR, Jakarta, Selasa (24/9/2019). Sekitar pukul 15.00 WIB, mahasiswa yang berada di ruas Jalan Gatot Subroto memanjat tembok pembatas kemudian memadati Tol Dalam Kota. (merdeka.com/Arie Basuki)

Dalam kondisi ini, lanjutnya, ambulans akhirnya putar balik dan melawan arus sehingga berada di tengah-tengah antara petugas dan massa. Namun, lanjutnya, petugas PMI masih berusaha menolong korban. Hingga akhirnya, ada seseorang massa yang menitip sebuah kardus yang isinya tak diketahui oleh tim medis PMI.

"Pada saat menolong yang ditolong dengan baik, tapi ada kawannya membawa semacam bungkusan yaitu kardus. Kardus yang tidak diketahui isinya apa, mengikut masuk ke mobil. Jadi mobil ambulans tidak pernah membawa batu, dan kardus. Nah, penitipan itu terjadi dalam waktu cepat. Saat kardus dititipkan dan kita tidak tahu isinya apa, mobil lalu dikuasai polisi," ujarnya.

Atas temuan itu, polisi menduga kalau PMI sebagai penyuplai batu dan bensin kepada massa.

"Nah, dibawa semua mobil langsung digiring ke Polda Metro Jaya. Sampai di Polda Metro Jaya kawan-kawan tidak bisa berbuat apa-apa selain diinterogasi dan diperiksa," pungkasnya.

 

Reporter: Ronald/Merdeka.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya