ORungutan Run 2019 Tanpa Kabut Asap di Ibu Kota Orangutan Dunia

Sebelum digelar, surat pengajuan penundaan gelaran lari untuk melestarikan orangutan itu sempat dikirimkan ke pemerintah daerah lantaran kekhawatiran akan kabut asap.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 28 Sep 2019, 11:30 WIB
Acara lari ORungutan Run 2019 di Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Jam menunjukkan pukul 06.00 WIB. Situasi cukup terang meski langit mendung. Kabut asap yang dikhawatirkan tak nampak.

Orang-orang berkaus ORungutan Run 2019 sudah berkerumun di Taman Kota Pangkalan Bun. Totalnya, berdasarkan pernyataan Wabup, mencapai 1.200 orang.

Meski begitu, mereka sama-sama bersemangat. Bahkan, para pelari sudah menggelar pemanasan bersama jelang lari lima kilometer memutari sebagian pusat kota.

Acara lari amal demi mendukung pelestarian orangutan itu sebenarnya nyaris tak jadi digelar. Surat permohonan pemunduran jadwal bahkan sudah diajukan. Namun, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) meyakinkan situasi lingkungan bakal kondusif.

"Penerbangan masih lancar, tidak ada close. Relatif aman. Walau kegiatan ini sempat diusulkan ditunda, saya sampaikan ke manajemen, cuaca masih mendukung," kata Bupati Kobar Nurhidayah usai membuka acara, Sabtu (28/9/2019).

Orangutan jadi andalan utama pariwisata di Kotawaringin Barat dengan Pangkalan Bun sebagai tempat transitnya. Nurhidayah menyebut 60 persen pemasukan daerah dari sektor pariwisata, disumbang dari wisata ke Taman Nasional Tanjung Puting. Utamanya yang datang adalah turis dari Eropa.

"Target 2018 kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara mencapai 18 ribu. Kita harap dengan digelar event seperti ini baik untuk promosi daerah. Jadi, tahun depan, kita targetkan 50 ribu wisatawan mancanegara maupun domestik datang ke sini," ujarnya.

Ajang lari yang perdana digelar itu sudah dirancang sejak setahun lalu. Para pelari yang terlibat tak hanya dari warga lokal, tapi juga dari 14 kabupaten/kota di Kalimantan Tengah, bahkan dari Pulau Jawa.

Direktur Marketing NAM Air Tubagus Irfan sebagai sponsor acara tersebut mengatakan gelaran itu merupakan bentuk komitmen melestarikan satwa langka, khususnya orangutan. Di sisi lain, ia berharap ajang itu bisa mendukung pengembangan pariwisata di Pangkalan Bun dan sekitarnya.

"Kami sempat khawatir banyak asap, tapi pas landing malah ada hujan. Dan pagi ini, cuacanya bersahabat sekali," ujarnya.

Sementara itu, Yayah Diasmono, Direktur Utama Bank Kalteng, juga sebagai sponsor acara tersebut menegaskan akan menjadikan ORungutan Run sebagai agenda tahunan.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ancaman Kabut Asap

Boneka orangutan. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Meski menyebut kabut asap tak terlalu memengaruhi kondisi lingkungan di Kobar, bukan berarti bencana tersebut tak terjadi di wilayah itu. Nurhidayah menyebut sekitar dua persen warga menderita ISPA gara-gara kabut asap yang sempat muncul, beberapa waktu lalu. Namun, ia meyakinkan kabut asap tak memengaruhi kondisi orangutan di Taman Nasional Tanjung Puting.

Sekitar tiga pekan lamanya, hujan tak turun sama sekali. Cuaca sangat panas itu memantik api di sejumlah titik di lahan gambut. Di sisi lain, ia mengakui masih ada warga yang membakar lahan untuk menanam sayur hingga merambat ke tempat lebih luas.

"Ada pula yang buang puntung rokok sembarangan. Pas lagi jalan, asal buang ke lahan gambut, ya langsung terbakar," imbuhnya.

Ia mengaku tim terpadu sudah dikerahkan untuk menyosialisasikan larangan membakar lahan dan membuang puntung rokok sembarangan, terutama memasuki musim kemarau. Di sisi lain, penindakan pada pembakar lahan juga berusaha ditegakkan meski ia mengaku tak tahu pasti berapa kasus pembakaran yang diselesaikan.

Tapi, warga tetap ada yang membandel. Menurutnya, ajakan warga mengolah lahan tanpa membakar tak sebegitu efektif, lantaran kurangnya bantuan peralatan yang tersedia. Pemkab mengaku hanya mampu menyediakan sedikit alat berat yang digunakan masyarakat harus bergiliran.

"Karena lahan gambut dan luas, mereka tidak bisa pakai pacul. Mereka butuh alat berat. Kita minta solusi dari pemerintah pusat, terutama dari sektor Kementerian Pertanian agar bisa support alat pertanian supaya warga bisa mengolah lahan tanpa membakar," ujarnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya