Liputan6.com, Surabaya - Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Timur (Jatim) akan kembali turun memeriksa luapan lumpur dari rumah yang dihuni pasangan Lisawati dan Setiawan di Jalan Kutisari Indah Utara III/19 Surabaya, pada Senin, 30 September 2019.
Kepala ESDM Jatim, Setiajid menuturkan, lokasi tersebut masih mengeluarkan minyak mentah selama sepekan ini.
"Besok hari Senin, staff saya dengan IAGI dan SKK Migas, saya minta turun lagi ke lokasi," tutur Setiajid saat dikonfirmasi Liputan6.com melalui pesan singkat, Sabtu (28/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ia menambahkan, pihaknya akan membawa gas detector untuk mengetahui seberapa besar tekanan gas dari sumur dan penyebarannya.
Setiajid mengatakan, semburan lumpur bercampur minyak dan gas itu berasal dari sisa-sisa sumur tua zaman Belanda. Rata-rata sumur tua tersebut hanya 300 meteran. Pihaknya sedang mencari solusi untuk atasi hal itu mengingat wilayah tersebut sudah menjadi perumahan.
"Dulu Blok Kuti namanya. Kira-kira ada 30-an sumur yang sekarang sudah jadi perumahan," ujar dia.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya, Aditya Wasita menjelaskan, semburan akan berhenti dengan sendiri. Dia prediksi semburan tersebut berhenti paling cepat tujuh hari ke depan.
"Paling enggak tujuh hari, atau paling lama sebulan. Lihat kondisi dan keadaan semburan," ujar Aditya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Semburan Lumpur Terjadi pada 23 September
Sebelumnya, rumah yang dihuni pasangan Lisawati dan Setiawan di Jalan Kutisari Indah Utara III/19, mengeluarkan semburan lumpur bercampur minyak bumi mentah dan gas metana, sejak pukul 13.00 WIB, Senin, 23 September 2019.
Titik semburan yang berada di halaman rumah korban, sementara ini hanya ditampung dalam karung plastik. Sebab dikhawatirkan kalau tidak dibuang, minyak mentah bercampur lumpur itu bisa membanjiri rumah tersebut.
Sejumlah instansi pemerintah yang terdiri dari PGN, Dinas LH Surabaya, Kecamatan Tenggilis, Kelurahan Kutisari, Polsek Tenggilis, Koramil Tenggilis serta Satpol PP dan BPB Linmas Surabaya, sampai saat ini masih berada di lokasi karena semburan itu tak berhenti.
"Tim Penanganan Gangguan PGN sudah mendatangi lokasi, bergerak memeriksa dengan alat detektor gas," tutur Sales Area Head PGN Surabaya, Misbachul Munir.
Dia menyampaikan, memang terbukti di lokasi terdapat methane, namun di lokasi itu tidak ada jaringan pipa PGN di area perum Kutisari.
"Bahkan menurut warga, area perum Kutisari diduga bekas pengeboran minyak pertamina," ujarnya.
Sementara itu, HRD PT Classic Prima Karpet, Waskito mengatakan bahwa awal mulanya penunggu rumah melaporkan adanya lubang di halaman rumah tersebut yang mengeluarkan semburan kecil berupa gelembung seperti lumpur.
"Saya mendapat laporan itu langsung meluncur ke rumah dinas ini. Awalnya kami menutup satu lubang dengan cara menyumbatnya menggunakan karung palstik. Semburan itu tidak mampet tapi justru muncul di titik lain," kata dia.
"Itu juga kami lakukan dengan cara sama dan tetap saja muncul lubang baru. Akhirnya kami biarkan dan kami laporkan ke kelurahan dan kecamatan," ujar Waskito.
Sedangkan pihak Dinas LH Surabaya masih berjaga di lokasi. Selain itu, dilakukan penanganan lebih lanjut oleh Dinas LH Surabaya bersama pihak ESDM Provinsi Jatim.
Advertisement