Liputan6.com, Jakarta - Ahli Geologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya Amien Widodo menilai, Pemerintah Kota Surabaya harus segera memetakan sumur-sumur tua di Daerah Kutisari, Surabaya.
Pemetaan sumur tua itu juga dilakukan sehingga ketika terjadi semburan dapat ditangani cepat. Hal ini karena ada semburan lumpuran bercampur minyak dan gas yang terjadi pada 23 September 2019 di Surabaya.
"Pemerintah diharapkan untuk melakukan pemetaan lokasi sumur-sumur tua di sekitar daerah semburan dan kemudian melakukan monitoring rutin,” ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Sabtu (28/9/2019).
Baca Juga
Advertisement
Sejauh ini tindakan penanganan yang dilakukan adalah menampung minyak yang menyembur ke dalam drum. Amien menambahkan, semburan bercampur minyak dan gas terjadi karena tekanan minyak di bawah tanah meningkat kemudian merembes ke permukaan tanah. Minyak merembes ini yang kemudian menjadi semburan lumpur minyak.
Ia mengatakan, belum ada waktu pasti kapan semburan ini berhenti. Akan tetapi, yang saat ini dilakukan evakuasi warga setempat untuk menjauh dari daerah semburan.
"Jadi kita menyarankan supaya rumahnya dikosongkan selama seminggu ini untuk memudahkan monitoring," kata dia.
Amien menuturkan, kejadian ini merupakan peristiwa alami karena daerah tersebut merupakan lapangan minyak milik Belanda pada 1886. Oleh karena itu, semburan tersebut bukan sesuatu yang mengejutkan bila terjadi peningkatan aktivitas minyak di bawah tanah.
Ia menegaskan, pemerintah harus segera melakukan pemetaan sumur tua yang ada di Surabaya tersebut sehingga ketika semburan ini terjadi lagi dapat ditangani dengan cepat.
"Pemerintah diharapkan untuk melakukan pemetaan lokasi sumur-sumur tua di sekitar daerah semburan dan kemudian melakukan monitoring rutin,” ujar dia.
(Tito Gildas, Mahasiswa Kriminologi Universitas Indonesia)
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Petugas Evakuasi 17 Drum Berisi Lumpur Encer dari Semburan
Sebelumnya, 17 drum yang berisi cairan lumpur yang sudah mencair dievakuasi petugas gabungan dari rumah pasangan Lisawati dan Setiawan di Jalan Kutisari Indah Utara III/19, Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (28/9/2019).
HRD PT Classic Prima Karpet, Waskito menuturkan, dirinya bersama lurah, camat dan petugas PGN, datang ke Tempat Kejadian Perkara (TKP), sekitar pukul 07.30 WIB.
"Pukul tiga sore tadi, ada 17 drum yang sudah dipindahkan ke tempat lain, tempatnya sudah ditentukan oleh pak camat setempat, tidak jauh dari TKP," tutur Waskito saat dikonfirmasi Liputan6.com, melalui pesan singkat, Sabtu, 28 September 2019.
Waskito juga menyampaikan, sesuai informasi yang didapat dari petugas yang sedang berjaga di TKP, anggota DPRD Surabaya didampingi penghuni rumah, Setiawan datang sekitar pukul 15.00 WIB .
"Anggota dewan memonitor perkembangan lumpur tersebut. Kondisi lumpur sudah lebih encer dibanding saat awal," kata Waskito.
Waskito juga mengatakan, semburan yang terjadi di Mess PT Classic Prima Karpet membesar pada Jumat 27 September kemarin. "Semburan saat ini semakin besar, tapi tidak sekental pertama keluar. Tidak ada lumpurnya sama sekali," ujar dia.
Selain bertambah encernya cairan yang keluar, aroma gas juga bertambah kuat hingga dikhawatirkan bisa berdampak bagi kesehatan. "Semburan yang keluar ini encer, dan aroma gas yang turut serta keluar dengan cairan juga sangat kuat. Saya takutkan kalau beracun atau kurang baik untuk kesehatan manusia," tutur dia.
Pihaknya kini sudah mengumpulkan hasil semburan tersebut sebanyak 45 drum besar. "Hari ini ada sekitar 45 drum, tadi sudah dibawa sekitar 24 drum. Dengar-dengar dibawa sama PT Surabaya Abadi Jaya. Cuma enggak tahu buat apa," ujar dia.
Advertisement