Liputan6.com, Jakarta - Meninggalnya dr Soeko Marsetiyo, dokter yang telah mengabdi di Wamena, Jayawijaya, selama 15 tahun akibat kerusuhan pada 25 September 2019 lalu, membuat tenaga medis lainnya minta dipulangkan, termasuk juga para bidan.
Ketua Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Emi Nurjanti menyampaikan, pihaknya sedang berkoordinasi dengan IBI di Papua dan Papua Barat terkait jumlah bidan yang meminta dievakuasi.
"Data yang kami punya tidak memilah mana yang asli Papua dan pendatang," ujar Emi seperti dikutip JawaPos.com, Minggu (29/9/2019).
Emi menyebut, diharapkan data sudah final besok Senin 30 September 2019. Dengan begitu, IBI bisa langsung memetakan dan menghubungi bidan yang bersangkutan.
"Selama ini bidan yang ke Papua biasanya dari program Nusantara Sehat," ucap Emi.
Baca Juga
Advertisement
Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kemenkes Widyawati menambahkan, setelah peristiwa kerusuhan yang menewaskan dr Soeko Marsetiyo, pihakya segera melakukan pendataan jumlah tenaga medis di Papua dan Papua Barat.
"Kemenkes akan menyurati panglima TNI untuk membantu dan melindungi tenaga kesehatan di Papua dan Papua Barat," ungkapnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Kondisi Wamena Berangsur Normal
Sebelumnya, Kabid Humas Polda Papua Kombes AM Kamal mengungkapkan bahwa pelayanan umum di Wamena berangsur normal. Tidak ada lagi mobilisasi massa. Menurut dia, jumlah pengungsi lebih dari 8 ribu orang.
"Itu pengungsi yang karena rumahnya terbakar atau sebagainya," ucap dia.
Menurut Kamal, kerusuhan terjadi karena adanya sekelompok orang berseragam sekolah yang mencoba masuk ke SMA PGRI Wamena. Namun, usia mereka diperkirakan lebih dari 25 tahun.
"Mereka mengajak demonstrasi dan melakukan aksi kekerasan," ujarnya.
Polda Papua memiliki saksi seorang siswa yang dipukuli karena menolak ikut demonstrasi. "Memang ada kemungkinan kelompok ini KKB (Kelompok Kriminal Bersenjata) dan mereka menyebar hoaks guru rasis di SMA tersebut," katanya.
Terkait kasus kerusuhan yang menyebabkan meninggalnya dr Soeko Marsetiyo itu, Polda Papua telah menetapkan tiga tersangka. Mereka diduga terlibat dalam aksi brutal yang juga mengakibatkan tewasnya 31 warga sipil.
"Tapi, kalau gembongnya belum ya," ucap Kamal.
Polda Papua kini berfokus mencegah adanya kelompok tertentu yang memanfaatkan isu rasisme untuk membuat kerusuhan. Pertemuan dengan 90 tokoh adat dan gereja digelar.
"Tujuannya untuk meminta agar masyarakat menahan diri bila mendapatkan informasi rasisme kembali," imbuhnya.
Advertisement