Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas meminta, pemerintah segera mengambil langkah konkret untuk menyelesaikan masalah di Papua. Khususnya, pasca-kerusuhan yang terjadi di Wamena.
"Agar rakyat dan masyarakat bisa hidup tenang kembali dan bisa melakukan aktivitas seperti semula," kata Anwar seperti dilansir dari Antara, Minggu (29/9/2019).
Anwar menyayangkan, terjadinya kerusuhan di Wamena yang menimbulkan korban jiwa dan kerusakan berbagai fasilitas umum dan properti masyarakat.
Baca Juga
Advertisement
"Tindakan brutal dan anarkis tersebut telah menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa yang tidak berdosa," ucap Anwar.
Anwar secara khusus juga menyoroti dan ikut berduka atas korban jiwa dari para pendatang di Wamena. MUI sangat menyesalkan insiden tersebut.
Saksikan video pilihan berikut ini:
5500 Pengungsi
Sebelumnya, 5.500 pengungsi korban kerusuhan Wamena di markas Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya membutuhkan bantuan pakaian, makanan, dan barang-barang keperluan anak serta perempuan.
Komandan Distrik Militer 1702 Jayawijaya Letkol Inf Candra Dianto di Jayapura, Sabtu, mengatakan bahwa warga yang mengungsi di markas Kodim umumnya hanya membawa baju di badan saat berusaha menghindari dampak kerusuhan di Wamena.
Sementara bantuan pangan pokok dari pemerintah untuk pengungsi korban kerusuhan Wamena, menurut dia, saat ini baru difokuskan ke satu posko pengungsian.
"Kami minta informasi ini disebarkan seluas-luasnya agar banyak pihak yang tergerak untuk membantu para korban yang kini tengah mengungsi," kata Candra seperti dikutip Antara, Sabtu (28/9/2019).
"Bantuan dari Pemerintah Provinsi Papua hanya tersalur ke posko pengungsian Gedung Okumarek yang dibuka oleh Pemerintah Kabupaten Jayawijaya," ia menambahkan.
Komando Distrik Militer 1702 Jayawijaya, menurut dia, sampai sekarang hanya mengandalkan bantuan logistik yang masih tersedia di markas.
"Pengungsi tidak mau ke Okumarek. Warga maunya di Kodim, sementara dapur lapangan Pemda ada di Okumarek," ujar Candra.
Selain makanan dan pakaian, ia menambahkah, pengungsi membutuhkan susu untuk balita, popok bayi, dan pembalut untuk perempuan.
Advertisement