Merawat Tradisi Larung Sesaji di Waduk Bening Widas Saradan Madiun

Acara Larung Sesaji ini merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan pada penghujung bulan Muharram, tepatnya pada 29 Suro yang jatuh pada Minggu, 29 September 2019.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 30 Sep 2019, 02:30 WIB
Kemeriahan tradisi Larung Sesaji di Waduk Bening Widas Saradan Madiun. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Tumpeng Bogomulyo berbentuk ikan raksasa seberat 200 kg dihanyutkan dalam waduk Bening Widas Kecamatan Saradan Kabupaten Madiun Jawa Timur. Acara yang dihadiri oleh ribuan masyarakat ini dimeriahkan oleh sejumlah pendekar silat asal Madiun, Reog Ponorogo dan Tari Dongkrek.

Acara Larung Sesaji ini merupakan tradisi tahunan yang dilaksanakan pada penghujung bulan Muharram, tepatnya pada 29 Suro yang jatuh pada Minggu, 29 September 2019.

Sejumlah tokoh turut hadir dalam acara ini, di antaranya Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan bersama Direktur Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, Chrystriyati Arini dan Bupati Madiun Ahmad Dawami.

Selanjutnya, Tumpeng Bogomulyo yang berbentuk ikan raksasa itu diarak oleh masyarakat sekitar Waduk Bening, Madiun dari Gardu Pandang menuju tepi waduk. Sambil mengarak sesaji, masyarakat dihibur dengan atraksi silat, Reog Ponorogo dan Tari Dongkrek.

Sampai di tepi waduk, masyarakat dan para hadirin diminta berdoa terlebih dahulu sebelum melarungkan sesaji tersebut. Untuk selanjutnya dihanyutkan ke tengah waduk menggunakan rakit dari batang pisang.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Tak Sama dengan Tahun Sebelumnya

Kemeriahan tradisi Larung Sesaji di Waduk Bening Widas Saradan Madiun. (Foto: Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kali ini yang dilarung adalah tumpeng ikan raksasa seberat 200 kg. Namun, itu bukanlah ikan sungguhan, melainkan pelet atau pakan ikan yang dibentuk menyerupai ikan.

"Tidak ada tumpeng makanan, hanya pakan ikan. Semua tahu jenisnya di sini ikan mujair nila. Moga-moga ikannya sehat, masyarakat senang, waduk bersih, Madiun jaya, Indonesia kuat. Beratnya (tumpeng ikan) 200 kg," ujar Raymond.

Usai pelarungan, dilanjutkan dengan prosesi penanaman pohon di bantaran waduk. Sementara itu, di depan panggung hiburan, dua tumpeng raksasa berisi ikan nila dan mujair setinggi 1,5 meter serta bawang merah langsung diserbu masyarakat. Sedangkan 10 tumpeng nasi putih dan kuning juga menjadi santapan warga yang hadir.

Dalam sambutannya saat memimpin doa, Bupati Madiun yang akrab disapa Kaji Mbing mengatakan, alam jangan hanya diambil manfaatnya saja. Tumpeng Bogomukyo ini adalah sebagai bentuk rasa syukur mau menjaga alam, waduk, sumber mata air, dan pohon yang disebut dengan ekosistem.

Direktur Kebudayaan Chrystriyati Arini menambahkan, acara Larung Sesaji merupakan upaya melestarikan budaya hubungan manusia dengan manusia bertemu.

"Larung Sesaji ini kegiatan langka. Menghidupkan kembali ekosistem kebudayaan dan semoga tumbuh juga di daerah lain yang kemudian kita bisa bangga dengan budaya kita sendiri," ujarnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya