Liputan6.com, Jakarta Aneurisma pada otak bisa menimbulkan strok hingga mengancam nyawa. Sayangnya, kondisi itu seringkali tidak disadari dan bisa muncul secara tiba-tiba.
Aneurisma bisa diartikan sebagai pelebaran dinding pembuluh darah akibat lemahnya struktur dinding tersebut. Hal ini umumnya terjadi pada pembuluh arteri seperti di otak, jantung, aorta, arteri poplitea, dan lain-lain. Kondisi itu membuat organ tersebut seakan membentuk "balon" yang bisa pecah sewaktu-waktu.
Advertisement
Dokter spesialis bedah saraf Mardjono Tjahajadi mengatakan sebenarnya ada beberapa faktor risiko yang menjadi penyebab dari kondisi aneurisma otak. Beberapa masalah itu, bisa menjadi acuan untuk seseorang segera memeriksakan dirinya apabila mengalami gejala.
"Yang paling utama adalah merokok, kedua tekanan darah tinggi," kata Mardjono pada temu media di Jakarta beberapa waktu yang lalu, ditulis Senin (30/9/2019).
Selain itu, dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah Jakarta itu mengatakan perempuan lebih berisiko terkena aneurisma ketimbang laki-laki.
Mardjono mengungkapkan, sebuah studi di Finlandia era 80 dan 90-an, sebelum ada kampanye berhenti merokok di negara itu, angka aneurisma otak pada perempuan di daerah tersebut cukup tinggi. Namun, angkanya turun usai kampanye di 2000-an.
"Itu artinya merokok menjadi satu faktor utama yang paling penting dari timbulnya pecahnya aneurisma otak selain faktor lainnya," Mardjono mengungkapkan.
Simak juga Video Menarik Berikut Ini
Gejala yang Muncul
Gejala yang ditimbulkan akibat aneurisma otak umumnya adalah sakit kepala.
"Jadi, kalau kita punya sakit kepala berulang dan berdenyut, karena dia kenanya di pembuluh darah, jadi khas, dan dia di tempat yang sama, itu kita harus lebih waspada," kata dokter spesialis saraf Rubiana Nurhayati dari RS Pondok Indah - Pondok Indah.
Apabila sakit kepala itu timbul rasa kebas di satu sisi tubuh yang bersilangan, seperti ketika sakit kepala di sebelah kanan dan kesemutan sebelah kiri, seseorang harus mulai waspada.
"Tiap sakit kepala kok kesemutan ya, itu harus lebih hati-hati lagi," kata Rubi.
Maka dari itu, apabila seseorang kerap mengalami gejala tersebut, memiliki faktor risiko seperti wanita, usia 40 tahun ke atas, merokok, dan memiliki tekanan darah tinggi, memiliki riwayat stroke dalam keluarga, segeralah lakukan skrining. Di sini, pria pun juga harus tetap waspada.
"Mau ada atau tidak ada sakit kepala, tidak ada salahnya melakukan skrining. Karena sekali lagi, aneurisma berukuran di bawah 10 milimeter tidak memberikan gejala sakit kepala. Dia hanya bergejala kalau sudah pecah, tapi kalau sudah pecah, sudah terlambat," kata Mardjono.
Advertisement