Liputan6.com, Jakarta - Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih, mencatat penyerapan bantuan program restrukturisasi mesin dan peralatan bagi Industri Kecil dan Menengah (IKM) untuk tahun ini sudah hampir mencapai 100 persen.
Adapun alokasi anggaran restrukturisasi pada tahun ini mencapai sebesar Rp4 miliar.
Advertisement
"Tahun ini restrukturisasi Rp4 miliar. Sudah terserap hampir 80 persen, masih proses terus," kata Gati saat ditemui di Kantornya, Jakarta, Senin (30/9).
Gati menjelaskan program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi yakni memberikan potongan harga kepada pelaku IKM yang melakukan pembelian mesin atau peralatan baru.
Dimana potongan harga akan diberikan sebesar 30 persen apabila pelaku IKM membeli mesin atau peralatan buatan dari dalam negeri. Sedangkan, diskon 25 persen untuk mesin atau peralatan impor.
"Nanti akan ada potongan harga, mereka beli dulu sendiri, mesin harus baru kemudian lalu reimburse. Makasimal potonganya itu Rp300 juta," jelas Gati.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Alokasi Anggaran Turun
Untuk alokasi anggaran program restrukturisasi pada tahun ini, diakuinya memang sedikit ada penurunan dibandingkan pada tahun 2017 yang sempat menyentuh Rp7 miliar. Sebab, berkaca pada waktu itu, dari alokasi anggaran diberikan penyerapannya hanya sekitar 50 persennya saja.
Oleh sebab itu, untuk tahun ini ada sedikit penurunan terhadap program restrukturisasi yang hanya diberi jatah sebesar Rp4 miliar. Meski tercatat turun namun penyerapan dilakukan pada pelaku IKM pun sudah hampir maksimal.
"kita tahun 2017 itu kita fasilitasi restrukturisasi Rp7 miliar tidak terserap kenapa? IKM bingung masuk, beli mesin apaan," pungkasnya.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement
Kemenperin Targetkan 10 Ribu Pelaku IKM Masuk Pasar Online
Pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di dalam negeri dinilai mulai banyak yang memasuki pasar online untuk mempromosikan produknya. Hal ini seiring dengan era transformasi digital yang dapat memudahkan masyarakat bertransaksi jual beli secara efisien dan cepat.
"Penetrasi penggunaan internet diharapkan bisa dimanfaatkan untuk usaha-usaha produktif yang mendorong efisiensi dan perluasan akses seperti jual beli online, khususnya bagi pelaku IKM kita," kata Sekretaris Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kementerian Perindustrian Eddy Siswanto, dalam keterangan tertulis, Kamis (27/6/2019).
Guna membantu para pelaku IKM dalam menangkap peluang sekaligus menghadapi tantangan dengan kedatangan e-commerce, Kemenperin melalui Ditjen IKMA telah meluncurkan program e-Smart IKM sejak tahun 2017. Program ini mejalin kerja sama dengan para pelaku e-commerce di Indonesia, seperti Bukalapak, Tokopedia, Shopee, BliBli, Blanja.com, Ralali, dan Gojek Indonesia.
"Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program tersebut adalah workshop e-Smart IKM, pembinaan sebagai tindak lanjut workshop, bimbingan teknis kepada IKM champion, serta pendampingan tenaga ahli digital marketer untuk membantu pemasaran," sebutnya.
Menurut Eddy, pihaknya menargetkan sebanyak 10.000 pelaku IKM dari berbagai sektor dapat masuk ke pasar online melalui e-Smart IKM selama periode tahun 2017-2019. Mereka terdiri atas sektor industri makanan dan minuman, logam, furnitur, kerajinan, fesyen, herbal, kosmetik, serta industri kreatif.
Hingga saat ini, kata dia, animo peserta cukup tinggi, di mana jumlah peserta yang mengikuti workshop e-Smart IKM telah mendekati 9.000 pelaku usaha. Total nilai transaksi e-commerce dari seluruh IKM tersebut, tercatat mencapai Rp 2,3 miliar. Dari jumlah ini, sebanyak 31,87 persen di antaranya atau sekitar Rp 755 juta berasal dari sektor industri makanan dan minuman