Liputan6.com, Yogyakarta Setelah menggelar demo mahasiswa bertajuk Gejayan Memanggil di Yogyakarta, pada Senin, 23 September lalu, aksi jilid dua melalui judul Gejayan Memanggil 2 kembali diadakan. Ribuan mahasiswa kembali memenuhi pertigaan Kolombo, Gejayan, pada Senin (30/9/2019).
Sebagai bentuk protes terhadap beragam RUU yang tidak pro-rakyat, ribuan mahasiswa kembali memenuhi pertigaan Kolombo, Gejayan, pada Senin (30/9/2019) untuk menggelar aksi Gejayan Memanggil 2.
Yang menarik, di sela-sela spanduk dan poster bernada protes, ternyata ada juga berbagai poster jualan yang bertebaran di lokasi aksi demo mahasiswa.
Sebagian mahasiswa ternyata memilih untuk berjualan minuman di dalam aksi tersebut. Bahkan sebelum peserta aksi demo mahasiswa datang ke lokasi, mereka sudah lebih dulu berada di sana. Es teh dan air mineral dalam botol berukuran 600 mililiter dijual seharga Rp 5 ribu.
Baca Juga
Advertisement
Rr Bunga Pertiwi, Fiera Dwi Hapsari, dan Raida Nadia, misalnya, menawarkan es teh dan air mineral di sisi selatan pertigaan Kolombo. Mahasiswi semester satu jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Bisnis UIN Sunan Kalijaga ini melihat peluang bisnis dari aksi Gejayan Memanggil.
"Belum mulai demo, kami sudah laku 10 botol air mineral, es teh malah sudah sold out," ujar Bunga.
Ia menyetok lima kardus air mineral yang setiap kardus berisi 24 botol. Ia juga mengaku pada aksi Gejayan Memanggil lalu hadir sebagai peserta demo mahasiswa, akan tetapi di kegiatan kedua ini memilih untuk berjualan saja.
Hal serupa juga dilakukan Ardena Azizah, mahasiswa semester 3 jurusan PKK Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Pada aksi Gejayan Memanggil lalu, ia juga ikut sebagai peserta.
Bunga bahkan mengaku sudah mempersiapkan barang dagangannya sejak semalam. Berbeda dengan mahasiswa lainnya yang berjualan dengan berjalan kaki dan meletekkan dagangannya di trotoar, Ardena berjualan menggunakan mobil pikap.
"Kebetulan mobil sendiri jadi tidak rugi," ucapnya.
Ia berjualan bersama dengan lima orang temannya yang berasal dari perguruan tinggi yang berbeda-beda, seperti, Amikom dan UAD. Ardena lebih memilih untuk berjualan minuman ketimbang ikut aksi Gejayan Memanggil 2 berdasarkan pengalaman aksi pekan lalu.
"Sekarang ikut jualannya saja, soalnya kemarin sewaktu demo mahasiswa susah cari minum," kata Ardena.
Parade Poster Lucu
Mahasiswa mulai memenuhi pertigaan Kolombo pada pukul 13.30 WIB. Mereka datang dengan meneriakkan yel-yel dan mengacungkan poster-poster. Selain dihubungkan dengan tuntutan mereka, tulisan juga kerap berisi sindirian yang dikaitkan atau dibandingkan dengan pengalaman pribadi mereka.
Poster bertuliskan, keadilan seksual bagi seluruh rakyat Indonesia, misalnya, menjadi representasi tuntutan mereka terhadap pengesahaan RUU PKS. Ada pula poster bertuliskan, "Cukup moonton saja yang bercanda, DPR jangan" yang menunjukkan si mahasiswa juga seorang yang sadar dengan esports dan kecewa terhadap kebijakan monopoli Moonton.
Ada pula poster yang bertuliskan sindiran terhadap RKUHP seperti, "Tolong buat KFC, ayamnya dijaga, entar masuk ke halaman tetangga." Cucu presiden Jokowi, Jan Ethes juga tidak luput dari sindiran. Salah seorang mahasiswi memegang poster bertuliskan, "Perusahaan pembakar hutan bukan Jan Ethes, jangan diemong melulu."
Poster bertuliskan curhat pribadi juga tampak di aksi Gejayan Memanggil 2, antara lain, "Sayang kamu di mana, DPR medot janji, sumpahmu palsu koyo mantanku", dan "Cukup cintaku saja yang kandas, cinta tanah air jangan sampai kandas #gagaltunangan2020.
Gejayan Memanggil 2 diikuti oleh mahasiswa, buruh, tani, dan pelajar yang tergabung dalam Aliansi Rakyat Bergerak. Mereka membuat enam panggung orasi di pertigaan beringin Hartono, jembatan merah, Dixie, Ciao Gelato, pertigaan Kolombo, dan toko cat Wawawa.
Advertisement
9 Tuntutan Aliansi Rakyat Bergerak
Jumlah tuntutan Aliansi Rakyat Bergerak dalam Gejayan Memanggil 2 bertambah menjad sembilan poin. Pada aksi yang pertama ada tujuh tuntutan yang digelontorkan. Sembilan tuntutan itu meliputi, satu, hentikan segala bentuk represi dan kriminalisasi terhadap gerakan rakyat. Kedua, tarik seluruh komponen militer, usut tuntas pelanggaran HAM, buka ruang demokrasi seluas-luasnya di Papua.
Ketiga, mendesak pemerintah pusat untuk segera menanggulangi bencana dan menyelamatkan korban, tangkap dan adili pengusaha dan korporasi pembakar hutan, serta cabut HGU dan hentikan pemberian izin baru bagi perusahaan besar perkebunan.
Keempat, mendesak presiden untuk menerbitkan Perppu terkait UU KPK. Kelima, mendesak presiden untuk menerbitkan Perppu terkait UU Sistem Budidaya Pertanian Berkelanjutan.
Keenam, mendesak pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual. Ketujuh, merevisi pasal-pasal yang dianggap bermasalah dalam RKUHP dan meninjau ulang pasal-pasal tersebut dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat sipil.
Kedelapan, menolak RUU Pertanahan, Ketenagakerjaan, Keamanan dan Ketahanan Siber, dan RUU Minerba. Kesembilan, tuntaskan pelanggaran HAM dan HAM berat serta adili penjahat HAM.
Ada beberapa poin baru dalam tuntuntan kali ini, seperti poin nomor dua dan nomor lima.
Humas Aliansi Rakyat Bergerak, Nailendra, mengatakan aksi Gejayan Memanggil akan menjadi aksi rutin setiap minggu. Ia juga menolak anggapan dan label gerakannya ditunggangi beragam kepentingan mulai dari HTI sampai anarco.
"Kami melihat kondisi sekarang DPR menjadi organisasi yang tidak dipercaya, pembuatan kebijakan tidak pernah melibatkan rakyat," tuturnya.