Liputan6.com, Jakarta Peritel asal Amerika Serikat (AS), Forever 21, mengajukan kebangkrutan serta menutup sebagian besar toko miliknya di Asia dan Eropa.
Ternyata, sebelum kian memburuk, pada tahun 2015, Jin Sook dan Do Won Chang selaku pendiri Forever 21 diketahui meminjam uang atau dana perwakilan sebesar USD 5 juta atau setara dengan Rp 70 miliar (1 USD = Rp 14.194) dari masing-masing kedua anak perempuannya.
Advertisement
Melansir dari Bloomberg, Selasa (1/10/2019), atas pinjaman tersebut, Linda dan Esther Chang berjanji memberikan bunga sebesar 2 persen. Rincian peminjaman uang tersebut memberikan gambaran tentang cara kerja perusahaan Forever 21.
Peminjaman dari kedua anaknya, disebut sebagai kreditor tanpa jaminan dari perusahaan orang tua mereka.
Peminjaman tersebut dilaporkan bertepatan dengan langkah ekspansi toko global perusahaan yang berakhir dengan buruk. Perusahaan meluncurkan lebih dari 200 toko secara global antara tahun 2005 dan 2015.
Di bawah tekanan keuangan, Chang membuat perjanjian pinjaman pada Januari 2015, yang mencakup USD 10 juta dari rekeningnya sendiri dan USD 5 juta dari masing-masing putrinya.
Namun, perwakilan Forever 21 yang berbasis di Los Angeles enggan memberikan tanggapan tentang peminjaman uang itu. Forever 21 mengaku peminjaman uang dilakukan bukan untuk pertama kalinya.
Pembukaan toko yang terlalu banyak
Pembukaan toko yang terlalu banyak dan mahal menjadi alasan Forever 21 mengalami kebangkrutan dan membuat Forever 21 kalah bersaing dengan perusahaan-perusahaan sejenis di luar negeri, terutama di Asia.
Sedangkan toko baru yang dibuka Forever 21 dikabarkan mengalami penurunan pendapatan sebesar 137 persen. "Kemampuan Forever 21 untuk cepat membawa inventaris ke pasar, malah merusak profitibilitas di seluruh dunia," jelas Forever 21.
Di bawah tekanan ini membuat meminjam uang sebagai satu-satunya cara untuk membereskan permasalahan perusahaan ritel ini.
Reporter: Chrismonica
Advertisement
Forever 21 Peritel Asal Amerika Tutup Gerai di Asia dan Eropa
Setelah mencuat kabar ketidakmampuan membayar utang, perusahaan ritel fashion asal Amerika Serikat, Forever 21 akhirnya mengajukan kebangkrutan. Serta menutup sebagian besar toko miliknya di Asia dan Eropa.
Mengutip laman CNN, Senin (30/09/2019), manajemen Forever 21 dilaporkan mengajukan pailit sesuai dengan yang tertuang dalam Bab 11 Undang-Undang Kepailitan AS (Chapter 11) tentang reorganisasi sesuai hukum kepailitan AS.
Jaringan ritel tersebut menutup 178 dari 800 lebih tokonya. Dalam surat mereka kepada konsumen, saat ini pihak ritel tengah menunggu proses negosiasi dengan pemilik lahan toko mereka.
Saat ini, perusahaan tengah berusaha keluar dari jeratan utang dengan menutup toko dan pindah ke toko dengan sewa yang lebih murah.
Menurut Linda Chang, Executive Vice President Forever 21, mengajukan kebangkrutan merupakan langkah untuk mengamankan dan mengorganisir kembali perusahaan.
Forever 21 berencana menutup sebagian besar lokasi tokonya yaitu di Asia dan Eropa. Tetapi untuk di Amerika, Meksiko, dan Amerika Latin akan melanjutkan operasinya. Serta akan terus mengoperasikan situs web.
"Ini adalah langkah penting dan perlu untuk mengamankan masa depan perusahaan kami. Hal tersebut memungkinkan kami untuk mengatur kembali bisnis kami dan mengubah posisi Forever 21," tutur Linda Chang, seperti mengutip Business Insider.