Kemenkes Ungkap Jumlah Korban Tewas dan Luka Akibat Kerusuhan Wamena

Kemenkes menyatakan 31 orang meninggal dunia akibat kerusuhan di Wamena. 2 lainnya meninggal karena sakit

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 01 Okt 2019, 13:00 WIB
Menkes Nina F Moeloek mengikuti Rapet Kerja Gabungan dengan Komisi XI dan IX DPR di Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/9/2019). Rakergab tersebut membahas berbagai agenda penting di bidang kesehatan salah satunya tentang rencana kenaikan iuran BPJS yang di tolak DPR. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa 31 orang meninggal dunia akibat kerusuhan Wamena, Papua beberapa saat lalu. Hal itu diungkapkan secara langsung oleh Menteri Kesehatan Nila F. Moeloek.

Dalam konferensi pers Senin kemarin, Nila menyatakan, berdasarkan laporan yang didapat tim kesehatan di Wamena, Papua terdapat 14 korban kerusuhan dalam perawatan, 22 jiwa dirujuk ke Jayapura dan ada 62 orang sudah boleh pulang ke rumah.

Sementara untuk korban meninggal dunia, Menkes menyatakan ada lima orang meninggal di rumah sakit dan 26 jiwa telah meninggal sebelum mencapai rumah sakit. Secara total, ada 31 yang meninggal akibat kerusuhan tersebut.

"Yang karena sakit ada dua. Jadi kita harus sebutnya (korban meninggal karena kerusuhan) 31. Ini dari tim kesehatan di Papua. Jadi kalau korban meninggal sesuai," kata Nila di gedung Kemenkes, ditulis Selasa (1/10/2019).

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Minta TNI dan Polri Kawal Tenaga Kesehatan

Ilustrasi Dokter Militer (iStockphoto)​

Usai kerusuhan di Wamena yang memakan korban seorang dokter sendiri, Nila menyatakan bahwa masih ada 31 tenaga kesehatan yang menetap di wilayah tersebut.

"Laporan yang kami terima, masih banyak tenaga kesehatan yang terdiri dari dokter spesialis, dokter-dokter umum, perawat, bidan dan sebagainya yang masih tinggal di Wamena," kata Nila.

Maka dari itu, Kemenkes dan perhimpunan dokter meminta bantuan dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk memberikan perlindungan pada tenaga kesehatan yang sudah ada. Selain itu, mereka menyatakan telah membentuk tenaga kesehatan gabungan yang disiagakan di Papua.

"Saya kira ini yang penting bahwa kita akan tetap dikawal dan kedua tentu tenaga kesehatan ini menjadi tenaga kesehatan gabungan. Karena dilaporkan di beberapa daerah tertentu, tenaga kesehatannya minim," Nila menambahkan.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya