Gaya Nyentrik Menteri Rini Uji Coba LinkAja untuk Bayar KRL

Menteri BUMN Rini Soemarno melakukan uji coba LinkAja untuk pembayaran KRL

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Okt 2019, 16:29 WIB
Menteri BUMN uji coba LinkAja untuk naik KRL (dok: Pebriantor Eko WIcaksono)

Liputan6.com, Jakarta - Menggunakan make up, bersanggul dan berkacamata hitam, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno melakukan uji coba aplikasi LinkAja untuk transaksi tiket Commuter Line atau Kereta Listrik (KRL).

Rini mengatakan, ‎untuk menggunakan LinkAja dalam transaksi KRL masyarakat perlu mengunduh aplikasi LinkAja. Kemudian mengisi saldo minimal Rp 13 ribu agar bisa diterima pada sistem pintu pembayaran KRL.

"Naik KRL pkai linkAja, jadi sekarang tinggal download LinkAja ya harus ada dananya, langsung di tempelin, minimal Rp 13 ribu, Rp 15 ribu, masuk deh," kata Rini, saat uji coba LinkAja untuk transaki KRL, di Stasiun Jakarta Kota, Selasa (1/10/2019).

Menurut Rini, untuk transaksi naik KRL, calon penumpang memilih menu pembayaran KRL kemudian ada barcode pembayaran. Nantinya, barcode tersebut ditempelkan pada pintu masuk pembayaran KRL.

"Setelah keluar tempel kena chargernya, tarifnya enggak sama, malah ke depan karena ini sinergi BUMN, nanti ada waktu-waktu dapat spesial atau apa, kita hubungkan dengan hadiah macam-macam," jelasnya.

Dalam uji coba aplikasi tersebut, Rini mengaku sempat bingung dengan sistem LinkAja‎, tetapi dia bisa langsung melakukan penyesuaian.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Bos LinkAja Akui Penetrasi Fintech di Indonesia Masih Minim

Ilustrasi aplikasi LinkAja. (Foto: LinkAja)

Direktur Utama Fintek Karya Nusantara (Finarya) atau LinkAja Danu Wicaksana mengakui, hingga saat ini, penetrasi platform fintech masih minim.

Hal tersebut tergambar porsi transaksi dengan fintech yang belum mencapai 10 persen dari total transaksi di Indonesia.

"Baik LinkAja ataupun yang lainnya itu belum sampai 10 persen dari total transaksi di Indonesia. Jadi kita sebenarnya juga masih mencoba mengembangkan market itu supaya lebih besar. Soal berapa persennya kita tidak tahu karena tidak pernah ada data yang keluar secara akurat," kata dia, saat ditemui, di Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (30/9/2019).

Meskipun demikian, dia menegaskan bahwa pertumbuhan pengguna LinkAja terjadi cukup signifikan. Pihaknya mencatat, sejak Maret hingga September pengguna LinkAja tumbuh empat kali lipat.

"Jadi sudah (tumbuh) 400 persen. Jadi memang target kita dari share holder itu memang sangat tinggi. Sampai akhir tahun harus naik kira-kira 600 persen lah," ungkapnya.


Pengguna Capai 32 Juta

Menteri BUMN Rini Soemarno di acara LinkAja. Dok: Humas Kementerian BUMN

Jumlah pengguna LinkAja hingga saat ini, kata dia, sekitar lebih dari 32 juta. Sekitar 23-25 persen pengguna ada di wilayah Jabodetabek.

"Memang uniknya kita itu adalah yang di Jabodetabek itu cuma 23 persen sampai 25 persen. Jadi Memang agak berbeda dengan pemain lain yang terkonsentrasi di kota besar, dimana kita itu cuma seperempatnya yang ada di Jabotabek," jelas Danu.

"Misalnya di Sumatera kita itu totalnya 22 persen. Tiap bulan memang pasti beda tapi Maksudnya kita bener-bener Indonesia, tersebar di mana-mana di seluruh Indonesia. Bahkan kemarin kita tanya, misalnya di Maluku dan Papua, itu bahkan totalnya bisa 8 sampai 10 persen," imbuhnya.

Ke depan, perlu banyak hal yang harus dilakukan guna meningkatkan jumlah pengguna LinkAja. Tantangan yang dihadapi pihaknya seperti soal edukasi dan akses internet.

"Pertama pasti soal edukasi. Kedua akses internet juga harus diakui (masih kurang). Karena kita tujuannya bukan masyarakat yang sudah bankable dan ada di kota-kota besar, kita justru menyasar yang di luar sana nih," tandasnya.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya