Donald Trump Minta Australia Buru Pengungkap Skandal Rusia dalam Pilpres AS 2016

Donald Trump meminta Australia membantu Jaksa Agung AS memburu orang yang memicu penyelidikan skandal campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016.

oleh Rizki Akbar Hasan diperbarui 01 Okt 2019, 18:35 WIB
Presiden Amerika Serikat Donald Trump (kanan), bersama istrinya Melania Trump (kiri) sesaat sebelum turun dari pesawat kepresidenan Air Force One (AFP/Saul Loeb)

Liputan6.com, Washington DC - Presiden AS Donald Trump baru-baru ini meminta perdana menteri Australia untuk membantu Jaksa Agung AS memburu pengungkap yang memicu penyelidikan skandal campur tangan Rusia dalam Pilpres AS 2016.

Penyelidikan itu, yang dipimpin oleh investigator khusus Kementerian Kehakiman AS Robert Mueller telah membayangi pemerintahan Trump selama lebih dari dua tahun terakhir.

Trump menghubungi Perdana Menteri Australia Scott Morrison dan meminta bantuannya untuk menyelidiki asal-usul penyelidikan Mueller, para pejabat Australia telah mengonfirmasi.

Ia meminta Morrison untuk membantu menemukan bukti untuk mendiskreditkan penyelidikan, media AS dan Australia melaporkan, seperti dikutip dari BBC, Selasa (1/10/2019).

Australia mengonfirmasi bahwa komunikasi antara Trump - Morrison telah terjadi dan bahwa sang PM setuju untuk membantu.

Pengungkapan itu terjadi ketika Donald Trump menghadapi proses pemakzulan oleh House of Representatives (DPR AS) atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan, setelah dia dilaporkan menelpon presiden Ukraina untuk mencampuri upaya penyelidikan terhadap saingannya dari Demokrat pada Pilpres AS 2020 mendatang, Joe Biden.

Hal tersebut mendorong DPR AS --yang dikuasai Demokrat-- untuk melaksanakan proses pemakzulan terhadap Donald Trump.

Sementara itu, Washington Post melaporkan bahwa Jaksa Agung AS William Barr mengadakan pertemuan pribadi dengan pejabat intelijen Italia dan Inggris untuk meminta bantuan dalam penyelidikan Robert Mueller.

Sebuah sumber mengatakan pada surat kabar bahwa Barr mengunjungi Italia minggu lalu, dan lawatan itu bukan untuk pertama kalinya.

Sekilas Penyelidikan Mueller

Penyelidikan Mueller menyelidiki apakah Trump berkolusi dengan Rusia dalam pemilihan presiden 2016. Temuannya, yang dirilis pada bulan April, tidak menetapkan bahwa kampanye Trump secara kriminal berkonspirasi dengan Rusia untuk mempengaruhi pemilihan.

Tetapi temuan itu tidak membebaskan presiden dari tuduhan kolusi, dan laporan Mueller menguraikan kasus upaya presiden untuk menghalang-halangi proses hukum (obstruction of justice).

Penyelidikan membuat marah Trump dan dia tanpa henti mengkritiknya sebagai "perburuan penyihir".

Menyikapi simpulan penyelidikan Mueller, Donald Trump memerintahkan jaksa agung William Barr untuk menyelidiki sumber awal-mula yang memicu skandal Rusia yang menyeret namanya mencuat ke permukaan.

Pertanyaan juga telah diajukan tentang keterlibatan pribadi Barr dalam penyelidikan dan fakta bahwa ia pada gilirannya terlibat erat dengan Trump --karena dialah yang meminta presiden untuk memfasilitasi kontak dengan pejabat asing.

Saksikan video pilihan di bawah ini: 


Keterlibatan Australia

Scott Morrison terpilih sebagai perdana menteri baru Australia menggantikan Malcolm Turnbull. (AP Photo)

Investigasi Trump-Rusia sebagian dipicu oleh pejabat Australia yang mengkomunikasikan kekhawatiran seorang diplomat top kepada FBI.

Alexander Downer, yang saat itu menjabat sebagai Komisaris Tinggi Australia untuk Inggris, mengatakan, "mantan penasihat Trump, George Papadopoulos telah mengatakan kepadanya (seorang diplomat yang mengungkap kekhawatirannya) pada Mei 2016 bahwa Moskow telah 'menumpahkan kotoran' pada Hillary Clinton," ujarnya mereferensi skandal email calon presiden AS pada Pilpres 2016.

"Dia (seorang diplomat yang mengungkap kekhawatirannya) mengatakan ... bahwa Rusia mungkin akan merilis beberapa informasi yang dapat mencemar Hillary Clinton," kata Downer kepada Australian Broadcasting Corporation tiga tahun lalu.

George Papadopoulos membantah pernah mendiskusikan detail seperti itu. Dia menjalani hukuman penjara dua pekan pada tahun 2018 setelah mengaku bersalah berbohong kepada FBI tentang pertemuan yang dia lakukan dengan pihak Rusia untuk memerantarai tudingan campur tangan tersebut.


Respons Australia

Bendera negara Australia - AFP

Duta Besar Australia untuk AS, Joe Hockey, mengatakan kepada Gedung Putih bahwa pihaknya siap membantu keinginan Donald Trump.

Sementara, dalam sebuah pernyataan pada Selasa 1 Oktober, pemerintah Australia mengatakan "selalu siap untuk membantu dan bekerja sama dengan upaya-upaya yang membantu menjelaskan lebih lanjut tentang masalah yang sedang diselidiki."

"PM (Scott Morrison) mengonfirmasi kesiapannya," lanjut pernyataan itu.

Pemimpin konservatif Australia adalah di antara sekutu internasional terdekat Trump. Ia menerima jamuan makan malam kenegaraan yang langka di Gedung Putih pekan lalu.

Sedangkan panggilan telepon Trump - Morrison tentang isu Rusia dilakukan sebelum sang perdana menteri melawat ke Washington.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya