Liputan6.com, Hong Kong - Satu orang dikonfirmasi dalam keadaan kritis akibat tertembak oleh peluru tajam di dada selama demonstrasi di wilayah otonomi khusus Hong Kong, China, Selasa 1 Oktober 2019. Unjuk rasa ini bertepatan dengan hari nasional HUT ke-70 Republik Rakyat Tiongkok.
Video viral yang tersebar di media sosial lokal menunjukkan korban meminta bantuan ketika darah bersimbah dari tubuhnya.
Advertisement
"Bawa saya, dada saya sakit, saya perlu ke rumah sakit," terdengar pria itu berbicara dalam video, seperti dikutip dari the Guardian, Selasa (1/10/2019).
Otoritas perumahsakitan Hong Kong mengonfirmasi telah menerima 15 orang yang terluka dalam demonstrasi, termasuk satu orang yang kritis usai tertembak peluru tajam di dada --the South China Morning Post melaporkan. Korban tengah mendapat perawatan medis di Princess Margaret Hospital.
Koresponden CNN di Hong Kong melaporkan, narasumber kepolisian mengonfirmasi adanya kabar seorang pria tertembak peluru tajam, yang diperkirakan berasal dari senjata aparat. Lokasi perkara adalah di distrik Tsuen Wan.
Namun belum jelas apakah orang tersebut adalah massa demonstrasi.
Polisi Hong Kong sebelumnya telah menyebabkan cedera parah terhadap pendemo dengan peluru karet, termasuk yang mengenai mata seorang pemrotes dan seorang jurnalis.
Namun hari ini menjadi pertama kalinya mereka menembakkan peluru tajam yang mengenai orang.
Peluru tajam sempat digunakan pada demo beberapa pekan lalu, namun hanya sebatas tembakan peringatan ke udara.
Polisi Hong Kong telah dikritik oleh lembaga swadaya hak asasi manusia Amnesty International karena penggunaan kekerasan yang berlebihan selama pengendalian massa unjuk rasa.
Simak video pilihan berikut:
Demo Pro-Demokrasi Hong Kong Dimulai Saat Perayaan HUT ke-70 RRC
Massa yang tergabung dalam gerakan pro-demokrasi Hong Kong dikabarkan telah mulai memadati kota otonomi khusus Tiongkok tersebut, ketika pemerintah pusat China di Beijing tengah menggelar perayaan HUT ke-70 RRC.
Sekitar ribuan orang terlihat memadati Causeway Bay pada siang waktu lokal, the Guardian melaporkan pada Selasa (1/10/2019). Jumlah massa diperkirakan melonjak ketika hari terus bergulir.
Kerumunan massa mengenakan pakaian hitam khas yang menyimbolkan gerakan pro-demokrasi Hong Kong. Mereka meneriakan slogan-slogan, seperti, "berjuang untuk kemerdekaan", "berdiri bersma Hong Kong", dan "tidak ada perusuh, yang ada hanyalah rezim kejam."
Advertisement