Liputan6.com, Pompeii - Dalam beberapa dekade sebelum Pompeii terkubur abu dari letusan dahsyat Gunung Vesuvius pada 79 Masehi, kehidupan sehari-hari di kota ini konon dipenuhi pesta dan perjuangan pada waktu-waktu suram.
Hal itu terungkap dari sebuah prasasti yang baru-baru ini ditemukan di dinding sebuah makam di sana, demikian seperti dikutip dari Live Science, Selasa (1/10/2019).
Peninggalan tersebut menggambarkan adanya pesta besar yang digelar seorang pemuda tajir yang usianya sudah mencapai batas minimum orang dewasa sesuai standar warga negara.
Menurut prasasti itu, pesta mencakup perjamuan yang melayani 6.840 orang dan sebuah pertunjukan di mana 416 gladiator bertarung selama beberapa hari.
Baca Juga
Advertisement
Prasasti itu juga menceritakan masa-masa sulit, termasuk kelaparan yang berlangsung empat tahun dan pertunjukan gladiator lain yang berakhir dengan kerusuhan publik, demikian menurut Massimo Osanna, direktur jenderal Archaeological Park of Pompeii yang menulis temuan prasasti tersebut dalam Journal of Roman Archaeology edisi 2018 -- makalah diterbitkan setahun sekali.
Osanna menguraikan dan mendiskusikan beberapa temuan yang diungkapkan oleh prasasti itu, termasuk informasi baru yang memungkinkan para peneliti lain menentukan berapa banyak penduduk penghuni Pompeii.
Tulisan dalam prasasti berbunyi, "Ketika pria muda kaya itu cukup umur untuk mengenakan toga virilis (toga yang dikenakan oleh warga negara laki-laki Pompeii yang baru saja dianggap dewasa oleh negara), ia mengadakan perjamuan besar dan pertunjukan gladiator. Perjamuan itu disajikan di 456 sofa tiga sisi, sehingga pada setiap sofa ada 15 orang bersandar."
Osana menambahkan, perjamuan seperti itu kemungkinan hanya melayani lelaki dewasa dengan hak-hak politik, dan orang-orang tersebut mungkin terdiri sekitar 27% hingga 30% dari populasi Pompeii --Osanna memperkirakan total populasi Pompeii sekitar 30.000 orang.
Pertunjukan gladiator yang diprakarsai oleh salah satu orang berduit di Pompeii itu dikatakan Osana "sangat mewah dan indah", sehingga dapat dibandingkan dengan koloni paling mulia yang didirikan oleh Roma, karena ada 416 gladiator yang berpartisipasi.
Pertunjukan semegah ini dikatakan Osana memakan waktu beberapa hari, atau paling tidak seminggu. Jika setiap gladiator bertarung satu lawan satu, maka akan ada 213 perkelahian terpisah.
Kelaparan dan Kerusuhan
Prasasti itu juga menyebutkan bencana kelaparan, di mana lelaki kaya tersebut membantu warga Pompeii dengan menjual gandum yang diberi diskon dan mengorganisir distribusi roti gratis.
Mosaik terkenal dari Pompeii memperlihatkan tiga orang -- termasuk seorang anak -- sedang menunggu di sebuah kios untuk mendapatkan roti, dan mungkin saja mosaik itu menunjukkan peristiwa yang disebutkan dalam prasasti.
Hanya 20 tahun sebelum letusan Gunung Vesuvius, yakni pada 59 Masehi, kerusuhan terjadi selama pertunjukan gladiator, menurut prasasti itu. Sejarawan Romawi kuno, Tacitus (56-120 Masehi), pun menyebutkan kekacauan ini dalam bukunya "Annals."
Prasasti tersebut menceritakan, sebagai imbas atas perpecahan itu, Kaisar Nero memerintahkan agar otoritas Romawi mendeportasi seluruh gladiator dan keluarga mereka dari Pompeii sejauh dua ratus mil.
"Nero juga meminta beberapa warga Pompei yang terlibat dalam kerusuhan untuk segera angkat kaki dari kota," Osana menjelaskan.
Di samping itu, prasasti ini menuliskan bahwa pemuda kaya raya yang menggelar pesta perayaan besar-besaran tadi bertemu dan berbicara dengan Nero.
Ia meyakinkan sang kaisar agar mengizinkan beberapa warga yang dideportasi kembali ke Pompeii. "Sebuah indikasi dari rasa hormat yang tinggi tampaknya dimiliki Nero untuk lelaki uda itu," tulis Osanna.
Advertisement
Dugaan Nama Si Pemuda
Osanna percaya bahwa nama dan posisi pemuda kaya itu diukir di bagian sebuah makam, yang sekarang dihancurkan dan dijarah pada Abad ke-19.
Identitas si pemuda diduga kuat bernama Gnaeus Alleius Nigidius Maius, seorang pria muda yang pernah disebutkan dalam prasasti lain tentang Pompeii.
Maius digambarkan sebagai orang yang sangat kaya dan berkuasa, yang hidup pada sekitar tahun 59 Masehi. Karya arkeologis sebelumnya menunjukkan sebuah kuburan milik ayah angkat Maius, Marcus Alleius Minius, yang terletak di dekat makam Maius.