Liputan6.com, Manado - Setelah menyantap sarapan paginya, Selasa (01/10/2019), Fanli Lahingide (14) berangkat ke sekolahnya di SMP Kristen 46 Mapanget Manado seperti biasa. Sang ibu Julin Mandiangan (40) tak menyangka, itu pertemuan terakhir dengan sang buah hatinya.
Julin mengungkapkan, anaknya berangkat ke sekolah sekitar pukul 06.30 Wita. Lebih kurang dua jam kemudian, Julin mendapat informasi dari salah satu guru Krendis Kodmanpode bahwa anaknya terjatuh dan tak sadarkan diri.
“Saya dikabarkan salah satu guru bahwa anak saya terjatuh dan tak sadarkan diri,” ujar Julin saat ditemui sejumlah wartawan di RS Bhayangkara Manado, Selasa (01/10/2019) sore.
Baca Juga
Advertisement
Dia menambahkan, anaknya tidak pernah ada riwayat penyakit. “Kami keluarga menunggu hasil autopsi anak kami, terkait permasalahan yang ini, kami serahkan kepada aparat hukum saja,” ujar Julin.
Kapolsek Mapanget AKP Muhlis Suhani saat dikonfirmasi mengatakan sesuai keterangan yang didapatkan dari Asri Entimen, guru SMP Kristen 46 Mapanget Barat Manado, bahwa Fanli tiba di sekolah pukul 07.25 Wita. Karena terlambat, Fanli bersama beberapa rekannya tidak diikutkan apel.
Oleh seorang guru berinisial CS, Fanli dan rekan-rekannya disuruh berlari keliling halaman sekolah. Ketika memasuki putaran kedua, Fanli terjatuh ke arah depan dan kemudian tak sadarkan diri.
Korban kemudian dilarikan ke RS AURI Manado, kemudian dirujuk ke RS Prof Kandou Manado. Namun nyawa Fanli tidak tertolong.
Kapolsek menambahkan, ketika mendengarkan adanya kejadian tersebut pihaknya mendatangi TKP, menginterogasi saksi, dan mengarahkan keluarga korban untuk membuat laporan, dan permintaan autopsi.
“Selain itu juga berkoordinasi dengan RS Bhayangkara untuk memindahkan korban dari RS Prof Kandou ke RS Bhayangkara,” ujar Kapolsek sambil menambahkan pihaknya masih menunggu hasil autopsi.