Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) telah memulihan 70 persen pasokan listrik di Wamena. Dengan pemulihan ini lebih dari 15.400 pelanggan sudah dapat menikmati pasokan listrik Kembali.
General Manager PLN Unit Induk Wilayah Papua dan Papua Barat (UIWP2B) J A Ari Dartomo mengatakan, 32 petugas dikerahkan untuk menyisir dan memperbaiki jaringan di Wamena.
Selain itu, PLN juga telah mengirimkan sejumlah peralatan yang dibutuhkan dari Jayapura. Pekerjaan dimulai dengan memulihkan jaringan di sekitar Jalan Hom Hom, Wamena.
"Material yang mengalami kerusakan dan persediaannya minim di lokasi, hari ini kami datangkan penggantinya dari Jayapura. Begitu juga dengan peralatan penunjang pemulihan," kata Ari, di Jakarta, Rabu (2/10/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ari Dartomo menjelaskan, saat ini daya mampu sistem kelistrikan di Wamena mencapai 6,5 Mega Watt (MW) dengan beban puncak 3,379 MW. Sedangkan di sisi jaringan, PLN telah memulihkan 117 kms atau 66 persen serta 86 gardu atau sekitar 60 persen dari total gardu yang ada.
"Didampingi oleh anggota TNI dan POLRI kami mulai memperbaiki jaringan listrik yang ada di pinggiran kota. Untuk Jalan Hom dan sekitarnya sudah terang kembali," tambahnya.
PLN akan terus berupaya memulihkan sistem kelistrikan di Wamena secepat mungkin. Jika ada masyarakat Wamena yang hingga kini belum teraliri listrik kembali, dapat melapor ke Posko Pelayanan PLN di Jalan Yos Sudarso, Wamena.
"Yang terpenting pelanggan yang masih padam dapat segera mendapatkan pasokan listrik kembali," tandasnya.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kisah Mama Papua Selamatkan Warga Pendatang Saat Kerusuhan Wamena
Nani Susongki, asal Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, merupakan satu dari sekian warga yang memilih mengungsi dari Kota Wamena pascademonstrasi yang diwarnai aksi amuk massa di ibu kota Kabupaten Jayawijaya, Papua, pada 23 September 2019.
Wanita paruh baya yang sudah 17 tahun merantau ke Wamena itu, mengaku selamat dari aksi di Kota Wamena beberapa pekan lalu karena pertolongan seorang masyarakat asli setempat yang biasa disapa Mama Manu. Letak rumah Mama Manu di Kota Wamena, tepat berada di belakang rumah Nani.
"Kalau kami sembunyi di honai (rumah) Mama Manu. Kami disembunyikan di situ," kata Nani Susongki pada Sabtu, 28 September 2019, di Aula Lanud Jayapura yang dijadikan lokasi pengungsian sementara, kepada Jubi.co.id.
BACA JUGA
Ia menceritakan, sebelum aksi amuk massa terjadi di pusat Kota Wamena, sekitar pukul 07.30 WIT, anak perempuannya yang bekerja di salah satu toko gawai meneleponnya, mengingatkan agar Nani tidak keluar rumah.
Tak berapa lama, informasi menyebar jika daerah Homhom sudah terbakar. Situasi di dalam Kota Wamena mulai bergejolak. Nani bersama beberapa anggota keluarganya meninggalkan rumah menuju ke bagian belakang rumah. Dalam perjalanan, ia bertemu tiga orang yang memegang senjata tajam.
"Kami mundur pelan-pelan. Saya pikir bagian dari orang yang rusuh, ternyata mereka menolong kami. Mereka suruh kami masuk ke rumah Mama Manu. Hampir satu jam kami bersembunyi tak bersuara, bersama beberapa warga lain," ujar wanita yang sehari-hari bekerja sebagai tukang pijat itu.
Saat Nani, keluarganya, dan beberapa warga lain bersembunyi, sekelompok orang bersenjata tajam mendatangi rumah Mama Manu. Pemilik rumah berupaya melindungi warga yang berada dalam rumahnya.
Katanya, Mama Manu juga meminta massa tidak membakar mobil yang sehari-harinya dijadikan mata pencaharian suami Nani.
"Mama Manu bilang tolong jangan dibakar. Itu saya punya anak. Jangan bakar mobil nanti merembet ke rumah saya. Akhirnya massa meninggalkan lokasi. Kami sendiri sudah lemas, seperti tidak bisa berdiri lagi," ucapnya.
Nani menyatakan tidak pernah menyangka Mama Manu nekat berhadapan dengan sekelompok orang bersenjata tajam untuk mempertahankan warga yang berlindung dalam rumahnya.
"Penduduk asli di sana, kalau kita baik sama mereka, pasti mereka juga baik sama kita," katanya.
Advertisement