Wanita Lebih Berisiko Terkena Aneurisma Otak, Ini Alasannya

Hormon ternyata memainkan peran dalam wanita yang lebih berisiko terkena aneurisma otak.

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 02 Okt 2019, 15:00 WIB
Ini yang akan terjadi pada otak Anda jika Anda terus-menerus merasakan stres yang berkepanjangan. (Foto: iStockphoto)

Liputan6.com, Jakarta Wanita lebih berisiko terkena aneurisma otak. Jika kondisi tersebut pecah, stroke hingga kematian bisa terjadi pada pasien.

Aneurisma sendiri bisa diartikan sebagai pelebaran dinding pembuluh darah akibat lemahnya struktur dinding tersebut. Hal ini umumnya terjadi pada pembuluh arteri seperti di otak, jantung, aorta, arteri poplitea, dan lain-lain. Kondisi itu membuat organ tersebut seakan membentuk "balon" yang bisa pecah sewaktu-waktu.

Dokter spesialis bedah saraf Mardjono Tjahajadi mengatakan bahwa angka kejadian aneurisma otak pada wanita tiga banding dua atau satu setengah kali lipat lebih besar. Namun, ada penjelasan mengapa wanita memiliki risiko terkena aneurisma otak lebih tinggi dibandingkan pria.

"Wanita itu punya hormon estrogen yang dipercaya bisa melindungi dinding pembuluh darah. Laki-laki tidak punya yang level yang begitu tinggi karena dari awal sudah beradaptasi pembuluh darahnya," kata Mardjono dalam temu media di Jakarta beberapa waktu lalu, ditulis Rabu (2/10/2019).

Dokter yang berpraktik di Rumah Sakit Pondok Indah-Pondok Indah itu mengatakan, wanita lebih berisiko terkena aneurisma otak ketika di atas 40 tahun karena kadar estrogen yang melindungi pembuluh darah menurun.

"Ketika itu menurun, perlindungan pembuluh darah berkurang."

Simak juga Video Menarik Berikut Ini


Tak Hanya Jenis Kelamin yang Menentukan

Ilustrasi Otak (iStockPhoto)

Walaupun begitu, kedua hal itu bukan satu-satunya faktor risiko. Beberapa masalah lain seperti hipertensi dan kebiasaan merokok. Selain itu, bukan berarti pria juga 100 persen terhindar dari aneurisma otak.

"Karena dengan perlindungan yang lemah, tekanan darah yang tinggi, ditambah merokok yang merusak bagian dalam dinding pembuluh darah. Itulah yang menyebabkan aneurisma," Mardjono menambahkan.

Maka dari itu, jika seseorang memiliki gejala seperti sakit kepala berdenyut dan kesemutan di satu sisi tubuh yang sering timbul dan hilang, serta memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga, usia di atas 40 tahun, perempuan, serta merokok dan konsumsi alkohol, tidak usah takut untuk skrining.

Pecahnya aneurisma otak hingga stroke masih dicegah dengan dua cara yaitu clipping atau menjepit "balon" pada pembuluh darah serta coiling atau menyumbatnya.

"Jadi mendingan kita preventif, jangan sampai menunggu pecah. Kalau sudah pecah ya sudah jadi stroke," kata dokter spesialis saraf di RS Pondok Indah - Pondok Indah, Rubiana Nurhayati menegaskan.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya