Dobrakan Baru China, Pesawat Ruang Angkasa Pengirim Manusia ke Bulan

Pesawat angkasa luar China tersebut dikabarkan siap meluncur ke Bulan dengan membawa astronaut pada tahun depan.

oleh Afra Augesti diperbarui 03 Okt 2019, 11:31 WIB
Modul kru (atas) dan modul layanan dari pesawat ruang angkasa China yang baru. (Foto: CAST)

Liputan6.com, Beijing - China sedang mengembangkan pesawat ruang angkasa generasi berikutnya, yang memungkinkan astronaut melakukan perjalanan ke Bulan dan tujuan antariksa lainnya.

Tiongkok menjadi negara ketiga yang secara independen meluncurkan astronaut pada 2003, ketika antariksawan dari China National Space Administration, Yang Liwei, mengorbit Bumi dengan Shenzhou-5.

Sementara negara itu berencana untuk membangun stasiun ruang angkasa modular, China tampaknya sudah mampu memetakan misi akhirnya ke Bulan -- dan berpotensi melampaui negara lain, termasuk Amerika Serikat.

Video promo terbaru dari China Academy of Space Technology (CAST), pabrik pembuat pesawat ruang angkasa dan satelit milik pemerintah, memperlihatkan bentuk dari pesawat tak bernama itu.

Pesawat ruang angkasa tersebut terdiri dari modul ganda, yakni modul kru dan modul layanan, yang akan memberikan dukungan tenaga, daya, dan kehidupan untuk kru yang diangkut.

Panjang kendaraan antariksa itu adalah 30 kaki (9 meter) dan memiliki massa maksimum saat lepas landas sekitar 22 ton (20 metrik ton).

China saat ini menggunakan pesawat ruang angkasa Shenzhou berbobot 8,6 ton (7,8 metrik ton), yang dapat membawa tiga astronaut ke orbit Bumi rendah (LEO).

Namun, Shenzhou tidak dirancang untuk lingkungan radiasi yang keras di ruang angkasa, juga tidak dapat bertahan ketika masuk kembali ke atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi.

Sedangkan pesawat ruang angkasa baru ini disebut mampu menjelajah daerah luar LEO dan membawa empat hingga enam astronaut, demikian seperti dikutip dari Space.com, Rabu, 2 Oktober 2019.


Tanggapan Ilmuwan AS

Rover milik probe Tiongkok Chang'e-4 yang bakal melaju ke sisi tergelap Bulan (Foto: CNSA)

Pada tahun 2016, China meluncurkan versi skala kecil dari modul kru untuk menguji kendaraan tersebut masuk kembali dan mendarat di Bumi.

"Kemampuan ini memberi tahu kita bahwa Tiongkok berkomitmen untuk melakukan perjalanan antariksa jangka panjang, dengan membawa manusia, pada kecepatan lambat namun konsisten," kata Joan Johnson-Freese, seorang profesor di Departemen Urusan Keamanan Nasional di U.S. Naval War College di Newport, Rhode Island.

Johnson-Freese berpendapat: "Apa yang AS lakukan adalah seperti kelinci. Cepat, tetapi sporadis. China sekarang bak kura-kura. Lambat dan metodis."

Johnson-Freese juga mencatat bahwa AS memiliki beberapa program yang sangat menarik dalam berbagai tahap perkembangan dan tingkat komitmen anggaran, yang akan memungkinkan pencapaian eksplorasi signifikan.

NASA sedang mengembangkan pesawat ruang angkasa Orion yang dapat digunakan untuk menjelajah angkasa luar, dengan modul layanan buatan Eropa, yang bakal menjadi kendaraan awak utama untuk program eksplorasi Artemis.

Sementara itu, SpaceX bekerja pada Starship, sistem peluncuran yang sepenuhnya dapat digunakan kembali, yang dirancang untuk membantu umat manusia menjajah Mars.

Pesawat ruang angkasa Tiongkok yang baru itu diperkirakan akan melakukan uji terbang tanpa awak pada paruh pertama 2020, pada peluncuran pertama roket Long March 5B, menurut China Manned Space Agency (CMSA). Namun, jadwal itu tergantung pada kembalinya penerbangan Long March 5.


Bisa Dipakai Ulang

Modul kru (atas) dan modul layanan dari pesawat ruang angkasa China yang baru. (Foto: CAST)

Long March 5B dirancang untuk meluncurkan modul seberat 22 ton (20 metrik ton) untuk stasiun yang direncanakan China di LEO. Jika penerbangan uji berjalan baik, maka China kemungkinan dapat mulai membangun stasiun angkasa luar dengan peluncuran modul inti Tianhe --estimasi pada 2021.

Li Ming, wakil presiden CAST, mengatakan kepada SpaceNews pada tahun lalu bahwa, setelah uji coba, pesawat ruang angkasa baru ini dapat digunakan dengan cepat dan bahkan untuk penerbangan ke stasiun ruang angkasa Tiongkok.

"Generasi baru memiliki kemampuan yang dapat digunakan kembali ... sehingga pemerintah dapat mengurangi biaya untuk terbang ke stasiun ruang angkasa," jelas Li.

Pejabat ruang angkasa Tiongkok menyatakan China sedang mencari cara untuk melakukan misi awak ke Bulan di tahun 2030-an.

Meskipun proyek semacam itu belum disetujui, pengembangan awal sedang dilakukan untuk roket super berat, Long March 9, yang kemampuannya mirip dengan Saturn V milik NASA atau Space Launch System milik badan antariksa AS tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya