Kisah Para Pekerja Pabrik Tahu Dibantu Warga Selamat dari Kerusuhan Wamena

Pekerja pabrik tahu yang warga asli Wamena menyelamatkan kawan-kawannya saat pecah kerusuhan Wamena.

oleh Zainul Arifin diperbarui 03 Okt 2019, 08:00 WIB
Para perantau asal Jawa Timur tiba di Bakorwil III Malang pada 2 Oktober 2019. Mereka pulang pasca kerusuhan Wamena (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Malang - Ada berbagai cerita mencekam saat kerusuhan Wamena pecah pada 23 September 2019. Ada pula kisah heroik warga asli Wamena menyelamatkan para perantau yang terjebak di tengah konflik tersebut.

Ari, perantau asal Probolinggo, Jawa Timur, menceritakan kisah dia dan teman-temannya selamat dari kerusuhan Wamena. Ia sudah 2 tahun ini tinggal di Wamena, bekerja di sebuah pabrik tahu yang memiliki 60 pekerja.

Sebelum kerusuhan itu terjadi, Ari dan kawan-kawannya bekerja seperti biasa sebab situasi relatif aman. Tiba-tiba gelombang unjuk rasa mulai membesar. Massa kemudian melempar batu sampai membakar berbagai gedung termasuk pabrik tahu tempat Ari bekerja.

"Pabrik dilempari batu, kami semua menyelamatkan diri. Pabrik akhirnya dibakar," kata Ari di Malang, Rabu, 2 Oktober 2019.

Ada beberapa warga Wamena yang juga bekerja di pabrik tersebut. Mereka pula yang menyelamatkan para pekerja dan pemilik pabrik tahu itu, menjadikan rumahnya sebagai tempat persembunyian, serta menghalau massa yang berusaha mendekat.

Warga asli itu membantu Ari dan para pekerja pabrik lainnya keluar berlindung ke markas aparat begitu situasi sudah memungkinkan. Peristiwa kerusuhan itu menimbulkan trauma mendalam bagi Ari. Ia sangat terkejut dengan terjadinya kerusuhan tersebut.

Sebab, selama ini hubungan antara para perantau dan warga setempat sangat harmonis. Tidak pernah ada gesekan, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa. Ia berharap kerusuhan Wamena cepat berakhir dan kondisi kembali seperti semula.

"Selama ini kami semua baik-baik saja, tidak pernah ada apa-apa. Semoga semua cepat selesai dengan damai," katanya.


Posko Administrasi

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa berbicara dengan para perantau asal Jawa Timur yang baru pulang dari Wamena (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Ari satu dari total sekitar 120 orang perantau dari berbagai daerah di Jawa Timur yang pulang usai kerusuhan Wamena. Seanyak 15 orang di antaranya masih anak-anak. Mereka tiba di Pangkalan TNI AU Abdulrachman Saleh Malang pada Rabu, 2 Oktober ini.

Setelah itu, mereka dibawa ke aula gedung Badan Koordinasi Wilayah (Bakorwil) III Malang untuk singgah sementara sekaligus didata ulang. Para perantau itu berasal dari berbagai daerah seperti Probolinggo, Jember, Pasuruan, Lumajang, dan Madura.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa tampak hadir di kedua lokasi tersebut. Menurut dia, sebagian besar tidak membawa kartu identitas. Pemprov menyediakan pakaian siap pakai, bahan pokok, serta uang Rp 1 juta sebagai bekal untuk mereka.

"Selain yang tiba melalui Malang, hari ini juga ada 41 perantau tiba melalui Surabaya," kata Khofifah.

Setelah didata, mereka diantar pulang ke daerah masing-masing. Dinas Sosial di tiap daerah tujuan juga diminta mendampingi bila ada warganya yang mengalami trauma. Sementara, yang sakit dirawat di rumah sakit milik Pemprov.

Saat berbicara di depan para perantau, Khofifah mengajak mereka melantunkan selawat bersama-sama. Agar mendinginkan dan menenangkan mereka yang baru saja mengalami peristiwa yang mengguncang hati.

"Saya senang masih mendapat senyum dari semua yang ada di sini. Artinya masih ada ketenangan," tutur Khofifah.

Soal perantau asal Jawa Timur yang berada di Papua, pemprov sudah mendirikan posko di Jayapura. Berfungsi administratif, mendata warga Jawa Timur yang tersebar di berbagai daerah di tanah papua. Posko cukup ramai pendaftar.

"Didaftar apakah mau pulang pakai pesawat atau kapal. Ada juga yang memilih sementara ini tetap bertahan," tutur Khofifah.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya