Liputan6.com, Yogyakarta - Memakai jasa ekspedisi atau pengiriman barang sudah menjadi bagian dari gaya hidup kaum milenial. Mereka lebih memilih untuk berbelanja secara online. Duduk santai dan barang pun sampai di rumah.
Persoalan muncul ketika barang yang dikirimkan tidak kunjung tiba. Lantas, bagaimana cara melacak keberadaan barang yang dikirim melalui jasa ekspedisi barang?
"Nomor resi jangan pernah hilang, sebab itu syarat utama, tetapi kalau pun hilang bisa dilacak pakai nama," ujar Adi Subagyo, Branch Manager JNE Yogyakarta, seusai acara JNE Kopiwriting di Silol Kopi And Eatery, Rabu (2/10/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ia mengungkapkan melacak pengiriman barang menggunakan nama memerlukan waktu yang lebih lama. Sebab operator harus mencari satu nama di antara deretan nama yang sama. Misal, pengirim dengan nama Adi Saputro dicari di antara deretan nama Adi yang lain.
Adi menuturkan penerima yang ingin melacak keberadaan barangnya bisa menghubungi customers service.
Ia mengungkapkan pada era digital, JNE juga masih menghadapi sejumlah tantangan dalam pengiriman barang. Pertama, alamat pelanggan yang kurang lengkap.
"Mereka tidak menyertakan RT atau RW, atau nomor telepon, sehingga barang jadi terlantar dan tidak diterima tepat waktu," ucapnya.
Hal kedua yang juga menjadi tantangan JNE adalah tarif surat muatan udara atau kargo untuk pesawat yang cukup tinggi. Sampai saat ini belum ada solusi dari pemerintah dan perusahaan pengiriman barang dihadapkan pada dilema.
Sebab, jika mereka menaikkan tarif maka kemungkinan besar ditinggal pelanggan, akan tetapi jika tidak dinaikkan secara otomatis menggerus keuntungan.
"Sudah ada kenaikan tarif lebih dari lima kali, terutama Garuda Airlines, bisa 100 sampai 300 persen," kata Adi.
Untuk meminimalkan dampak kenaikan tarif muatan udara, JNE memodifikasi pengiriman barang melalui jalur darat dengan tenggat waktu yang sangat ketat.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
80 Persen Market Place
Adi memaparkan JNE sudah berdiri sejak 1996. Saat itu, layanannya lebih banyak digunakan untuk mengirim surat.
Seiring berkembangnya dunia e-commerce, JNE pun mulai kerap menerima jasa pengiriman paket atau barang. Kenaikan jumlah pengiriman paket terjadi pada 2010.
"Saat ini rata-rata 80 persen barang dari market place dan sisanya korporat," tutur Adi.
Ia mengatakan pengiriman produk fashion menempati urutan pertama terbanyak, diikuti makanan dan produk kriya.
Yogyakarta juga masuk dalam 10 besar nasional sebagai kota dengan jumlah pengiriman terbanyak. Total pengiriman paket secara nasional berkisar 22 juta per bulan.
"Pengiriman dari Yogyakarta sekitar 10 persen dari angka nasional," ucapnya.
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement