Sajang Rennu, Tembang Galau Bugis yang Jadi Lagu Andalan Tiap Pesta Pernikahan

Sajang Rennu merupakan lagu daerah Bugis ciptaan Almarhum Yusuf Alamudi dan H Jafar Abu itu, menceritakan tentang kesedihan yang mendalam.

oleh Eka Hakim diperbarui 04 Okt 2019, 01:00 WIB
Ilustrasi patah hati (iStockphoto)

Liputan6.com, Makassar - Sajang Rennu, salah satu lagu daerah khas tanah Bugis yang terbilang menjadi lagu andalan di setiap acara hajatan pernikahan.

Padahal, lagu daerah khas Bugis itu sepertinya tak tepat dibawakan untuk mewarnai acara sakral yang sifatnya gembira dan penuh suka cita.

Norlina alias Endang (52), seorang warga Kota Makassar yang berdarah Bugis mengatakan alasannya, karena lagu Sajang Rennu memiliki makna sedih yang mendalam. Sehingga, menurut dia, tak elok jika dinyanyikan dalam sebuah acara pernikahan.

"Bisa-bisa orang yang mendengar lagu itu apalagi mereka yang paham dengan maknanya, malah larut dalam kesedihan bukannya bergembira," ucap Endang saat dimintai tanggapannya, Kamis (3/10/2019).

Ia mengatakan lagu daerah Bugis ciptaan Almarhum Yusuf Alamudi dan H Jafar Abu itu, menceritakan tentang kesedihan.

Ceritanya, sepasang kekasih yang sedang larut dalam kecintaan yang luar biasa, tiba-tiba pada kemudian hari, satu di antara mereka berkhianat dan memilih lari dari ikrar setia sehidup semati yang mereka bangun bersama sebelumnya.

"Satu di antara mereka memilih menikah dengan orang lain tanpa memberikan kabar sedikit pun akan rencananya itu. Yah karena keinginan orangtua yang tak inginkan mereka bersama," tutur Endang.

Akhirnya, rasa perih yang muncul terus bersemayam di hati seorang kekasih yang ditinggal menikah oleh kekasih pujaannya tersebut.

"Kekasih yang ditinggal menikah oleh pujaannya itu, coba untuk mengakhiri hidup namun Tuhan tak menghendaki. Sehingga ia bagaikan mayat hidup. Ceritanya sangat menyedihkan," ungkap Endang yang juga tampak menitikkan air mata saat menjelaskan makna lagu Sajang Rennu itu.

Meski kisah cinta menyedihkan yang terkandung dalam lagu Sajang Rennu tak dia alami langsung, tapi, Endang mengaku hatinya tersayat-sayat ketika mendengar kembali lagu daerah khas Bugis itu.

"Bukan hanya saya saja. Coba tanya ibu-ibu lainnya seumuran saya. Pasti mereka juga merasakan sama dan tak mampu menahan air mata ketika meresapi makna lagu Sajang Rennu itu," tutur Endang sambil mengusap matanya yang tampak berkaca-kaca menahan air mata.

Ia mengatakan akan selalu berdoa dan menasihati anak-anaknya agar jangan sampai mengalami kisah cinta seperti yang diceritakan dalam lagu Sajang Rennu. Karena ia tahu, jika itu sampai terjadi, maka sulit untuk keluar dan menjalankan kehidupan normal kembali.

"Betul, saya selalu nasihati anak atau keponakan, jangan larut dalam hal pacar-pacaran karena akibatnya sangat fatal. Lagian itu memang dilarang oleh agama kita. Kalau memang sudah siap, yah ajak untuk menikah saja tak usah pacaran," kata Endang.

 

* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.


Hikmah di Balik Lagu

Norlina alias Endang (52), seorang warga Kota Makassar yang berdarah Bugis menceritakan makna lagu galau Sajang Rennu. (Liputan6.com/Eka Hakim)

Lebih jauh, ibu dari dua anak itu, berharap kepada kaum lelaki agar jangan pernah sekali-kali berikrar untuk menikahi seorang perempuan andai tidak benar-benar yakin.

Apalagi hingga melakukan hal yang tidak-tidak, merenggut kesucian dan kehormatan seorang perempuan dengan iming-iming cinta sehidup semati atau atas nama suka sama suka.

Selain itu, merupakan dosa besar, juga merupakan kehinaan luar biasa dan tidak pantas dimiliki lelaki yang berdarah Bugis.

Sama halnya untuk kaum perempuan, Endang berharap mereka bisa memetik hikmah dalam lagu Sajang Rennu itu.

Jangan mudah untuk percaya kepada laki-laki, meski ada perasaan suka kepadanya. Jangan berani coba-coba untuk keluar dari jalur kasih sayang yang telah ditetapkan oleh Tuhan. Cinta lelaki hanya patut diterima jika diawali dengan lamaran suci bukan hanya dengan ikrar kata-kata.

Jangan juga mau dibohongi oleh kaum lelaki yang mengajak berdua-duaan hingga menjalin status pacaran. Karena sesungguhnya langkah itu salah dan hanya memperturutkan nafsu semata.

Kekerabatan pacaran selain tidak sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai kearifan Suku Bugis, juga bertentangan dengan ajaran agama Islam yang kita anut.

Jangan mau tertipu dan ikut-ikutan dengan gaya hidup wanita-wanita yang disesatkan zaman dan peradaban. Ingatlah bahwa kehormatan perempuan hanya satu dan satu-satunya. Jika telah dibiarkan direnggut oleh lelaki, meski bergelar kekasih maka tidak ada lagi jalan untuk mengembalikannya menyerupai sedia kala.

"Kesucian yang telah ternoda tidak mungkin bisa dipintal dan dirajut kembali menjadi utuh seperti semula. Makanya jagalah itu sebaik-baiknya," Endang menandaskan.

Ia mengajak para kaum perempuan merenungkan makna lagu Sajang Rennu. Di mana betapa sakitnya seorang perempuan yang ditinggal menikah oleh kekasih. Apalagi kalau telah didahului dengan perlakuan kasih sayang melebih batas kewajaran. Maka tidak salah, di lagu Sajang Rennu, sang perempuan menentukan mati saja.

Tanpa kehormatan, perempuan memang tiada bedanya dengan mayat hidup, kehilangan nilai dan derajat terbaiknya. Sebaliknya, jika seorang perempuan berhasil menjaga kehormatannya, maka ia bagai seorang bidadari nirwana atau malah lebih tinggi derajatnya.

 


Lirik dan Arti Lagu Sajang Rennu

Ilustrasi patah hati (iStockphoto)

Awwi, terri peddi atikku

Ucapu campa aroku

Uwitamu tudang botting

Teppasemmu tekkareba

 

Mallene wae matakku

Nauleku tappakkua

Magi mulesse ri janci

Mutaroa sajang rennu

 

Kegani maka utiwi

Sajebaang rennu atikku

Elokku sedding ro mate

Natea lao nyawaku

Nataro massajang rennu

Na'ulleklu tappakua

 

Kobaja sangadie

Engka jera baru

Kubburu tenri bungai

Iya'natu rilalenna

Utiwi lao peddiku

Utiwi limbang rimajeng

 

Awwi. terri peddi atikku

Ucapu campa aroku

Uwitamu tudang botting

Teppasemmu tekkareba

 

Mallene wae matakku

Nauleku tappakkua

Magi mulesse ri janci

Mutaroa sajang rennu

 

Kegani maka utiwi

Sajebaang rennu atikku

Elokku sedding ro mate

Natea lao nyawaku

Nataro massajang rennu

Na'ulleklu tappakua

 

Kobaja sangadie

Engka jera baru

Kubburu tenri bungai

Iya'natu rilalenna

Utiwi lao peddiku

Utiwi limbang rimajeng

 

Arti dalam Bahasa Indonesia:

Aduuuuuhhh....Menangis sedih hatiku

Kuusap-usap dadaku

Saat kulihat dirimu duduk di pelaminan

Tanpa pesan dan tanpa berita

 

Bercucuran air mataku

Teganya kau lakukan itu padaku

Mengapa engkau menyalahi janji

Kau biarkan aku dalam kecewa

Ke manakah akan kubawa rasa kecewa dihatiku

Ingin rasanya aku mati saja

Namun nyawaku tak mau lepas

Kau biarkan aku dalam kecewa

Teganya kau lakukan itu padaku

 

Apabila besok atau lusa ada pusara baru

Kuburan yang tak bertabur bunga

maka akulah yang bersemayam di dalamnya

kubawa pergi pedihku

kubawa menyeberang ke alam baka.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya