Liputan6.com, Jakarta - CEO Facebook, Mark Zuckerberg, mengatakan pihaknya akan "bertarung" jika kandidat Demokrat, Elizabeth Warren, terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) dan benar-benar ingin "memecah" perusahaan-perusahaan teknologi.
Pernyataannya itu diketahui dari rekaman audio rapat internal perusahaan pada Juli lalu.
Dilansir The Guardian, Jumat (4/10/2019), rekaman dan transkip dari pertemuan tersebut dipublikasikan oleh The Verge pada Selasa (1/10/2019). Pernyataan Zuckerberg itu merujuk pada kritikan Warren terhadap perusahaan-perusahaan teknologi.
Baca Juga
Advertisement
"Jika dia (Warren) terpilih, saya bertaruh kita akan memiliki tantangan hukum, dan saya bertaruh kita akan memenangkannya. Apakah itu masih menyebalkan bagi kita? Iya. Maksudnya, saya tidak ingin memiliki gugatan melawan pemerintah kita sendiri. Kita peduli dengan negara ini, dan ingin bekerja dengan pemerintah, serta melakukan hal-hal yang baik," ungkap Zuckerberg.
Warren pada Maret lalu mengatakan, perusahaan-perusahaan teknologi saat ini memiliki terlalu banyak kekuatan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, masyarakat, dan demokrasi.
"Mereka membuldoser kompetisi, menggunakan informasi pribadi kita untuk keuntungan," tulis senator dari Massachusetts tersebut di tulisannya yang bertajuk It's Time to Break Up Amazon, Google, and Facebook.
Balasan Warren
Warren kembali mengkritik Facebook terkait rekaman audio yang bocor tersebut. Ia menyampaikannya melalui sejumlah twit di Twitter pada Selasa sore.
"Apa yang benar-benar 'menyebalkan' adalah jika kita tidak memperbaiki sistem korup yang membuat perusahaan-perusahaan raksasa seperti Facebook terlibat dalam praktik anti-persaingan ilegal, dan menginjak-injak hak privasi konsumen," kicau Warren.
Dikutip dari Reuters, Warren juga mengatakan lebih dari 85 persen trafik jejaring sosial melewati situs yang dimiliki atau dioperasikan oleh Facebook. Facebook disebut punya banyak kekuatan, tapi menghadapi sedikit kompetisi atau pertanggungjawaban.
"Mereka membuldoser persaingan, menggunakan informasi pribadi kita untuk keuntungan dan merusak demokrasi kita," ungkapnya.
(Din/Isk)
Advertisement