Meet The Makers 2019, Ajang Pamer Perajin Tradisional dari Pelosok Indonesia

Meet The Makers mengajak para perajin lokal yang menggarap seni kriya Indonesia untuk menampilkan karyanya di ajang yang berlangsung selama tiga hari itu.

oleh Putu Elmira diperbarui 04 Okt 2019, 16:03 WIB
Pembicara Desmond Anabrang dan Bregas Harrimardoyo sedang menjelaskan sejarah Meet the Makers (dok Liputan6.com/Ossid Duha Jussas Salma)

Liputan6.com, Jakarta - Meet The Makers kembali menggelar pameran hasil karya berbagai perajin seni kriya dari seluruh Indonesia pada 3--5 Oktober 2019 di Galeri MULA Creative Hub, Cilandak Town Square (Citos). Pameran yang sudah ke-14 kalinya digelar itu kali ini mengangkat tema Tunas. 

"Selain sebagai lanjutan dari tema tahun kemarin yaitu 'Semai', kami juga ingin semua artisans (sebutan bagi pengrajin) yang tergabung dalam Meet the Makers ini bisa tumbuh menjadi tunas untuk melahirkan para perajin kriya yang baru," kata Desmond Anabrang, salah satu penggiat seni Meet the Makers, menjelaskan arti tema acara, Kamis, 3 Oktober 2019.

Pameran yang sudah diselenggarakan sejak 2012 itu terus mendapat dukungan dari masyarakat dalam maupun luar negeri. Artisan yang tergabung sejak awal pameran pun sudah lebih dari 100 perajin. 

Setiap tahun selalu ada saja artisan baru yang bergabung. Seperti tahun ini, Dame Ulos, Imang Jasmine, Tenun Tanimbar Ralsasam dan Cinta Bumi Artisans menjadi wajah baru dari keluarga Meet the Makers. Total ada 15 artisan yang berpartisipasi dalam pameran kali ini.

Selain pameran kriya, acara yang digelar selama tiga hari itu juga menggelar workshop kriya, demo batik, demo tenun, dan berbagai penampilan musik.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Tantangan Utama

Kondisi pameran Meet the Makers yang berada di Galeri MULA (dok Liputan6.com/Ossid Duha Jussas Salma)

Perjuangan Meet the Makers menemukan artisan yang sekarang tergabung bukanlah hal yang mudah. Pasalnya, perajin yang dicari adalah mereka yang masih menjunjung tinggi akar budaya Indonesia. Beberapa pengrajin yang mendaftarkan karyanya namun sudah kental denganbudaya kontemporer, akan dieliminasi.

"Sebenarnya kalau mau rekrut yang bergaya modern pasti keuntungan hasilnya akan lebih banyak, tapi misi kami bukan itu. Misi kami adalah menjunjung tinggi pengrajin yang masih mempertahankan akar budaya Indonesia," ucap Bregas Harrimardoyo, penggiat seni Meet the Makers.

Karena tergerus budaya modern, banyak orang sengaja mencampurkan kriya seni dengan gaya modern demi menaikkan keuntungan. Padahal tanpa sadar, mereka telah menggerus akar budaya sendiri.

Para penggiat seni di Meet the Makers juga masih terus mengembangkan komunitasnya supaya bisa merangkul berbagai perajin dari pelosok yang sangat jauh dilirik. Sampai saat ini, masih belum ada donatur khusus untuk membantu membiayai jalannya pameran Meet the Makers ini.

Turis luar negeri pun masih menjadi pembeli terbanyak di pameran ini. Walaupun orang lokal ada yang membeli, jumlahnya tidak lebih dari 50 orang.

Perajin masih menggunakan biaya pribadi untuk sewa tempat pameran di Meet the Makers. Walaupun pameran pernah diselenggarakan di Bali dan Jogja, komunitas ini memilih Jakarta untuk tempat pameran beberapa tahun terakhir ini. Alasannya logis, hasil keuntungan pameran di Jakarta jauh lebih besar dibandingkan dengan kota-kota lainnya. (Ossid Duha Jussas Salma)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya