Liputan6.com, Pekanbaru - Alkisah, seorang perempuan di Kabupaten Kampar, Riau, tengah dihanyutkan cerita cintanya dengan seorang pemuda kampung. Janji setia lalu terucap sang lelaki untuk melanjutkan kisah keduanya ke pelaminan.
Namun, niat suci laki-laki ini teradang tembok keangkuhan calon mertua. Dia dipandang sebelah mata karena kehidupannya jauh dari kata sejahtera.
Baca Juga
Advertisement
Calon mertuanya hanya mengharapkan pria kaya, khususnya laki-laki punya usaha menjanjikan di mana-mana. Kebetulan, di Kampar, yang menjanjikan adalah pengusaha kelapa dan sawit hingga karet.
Sang kekasih lalu dipaksa menikah dengan orang kaya. Cerita Siti Nurbaya hampir saja terjadi. Namun, perempuan tadi melawan kehendak orangtuanya demi mempertahankan cinta sucinya terhadap pria tadi.
Perempuan ini lalu dihadapkan pada pilihan, mengikuti orangtua atau mempertahankan cintanya.
Penggalan kisah ini terdapat dalam lirik lagu daerah asal Kabupaten Kampar, Jan Dipaso-paso (jangan dipaksa). Sebuah Lagu Ocu yang populer di masyarakat Kampar saat ini dan dilantunkan penyanyi lokal, Tety Liani Aziz.
Penyebutan Lagu Ocu merujuk ke bahasa daerah di Kabupaten Kampar. Masyarakat di sana disebut dengan istilah uwang (orang) Ocu. Bahasanya jauh berbeda dengan Melayu Riau.
Lagu Ocu Kampar, termasuk yang berjudul Jan Dipaso-paso dimaksud, selalu menghiasi rumah-rumah uwang Ocu. Tak hanya di Kampar, tetapi juga perantau Ocu yang tinggal di Pekanbaru ataupun daerah lainnya di luar Riau.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Lirik Lagu Jan Dipaso-paso
Adapun lirik lagu Jan Dipaso-paso adalah:
Dek ulah amak maghok ghang kayo
Bakorbankan cinto suci den ko
Kini den juo nan taniayo
Kalau ka den kan di paso-paso
Kawin tapakso indakkan omuo
Banyak sudah lah nan di cubo
Lopekanlah kondak den kini koko
Karena ibu mengharap orang kaya
Yang jadi korban cinta suci saya
Sekarang saya akan teraniaya
Kalau saya juga dipaksa-paksa
Nikah terpaksa saya tidak akan mau
Banyak sudah yang mencoba melamar
Lepaskan lah kehendak hati saya
Bia inyo ughang kayo
Toke gambiu piaja pulo
Kalau den dak nio bialah amak sajo
Kalau den dak nio bialah amak sajo
Biar dia orang kaya
Pemodal besar usaha kelapa
Kalau saya tidak mau, ibu saja yang nikah sama dia
Kalau saya tidak mau, ibu saja yang nikah sama dia
Mungkin dek amak inyo hino
Dek inyo anak pangampo
Tapi dek den inyo di ate sagalonyo
Kalau ndak jadi tangguangdek amak akibatnyo
Jan den di paso juo
Mungkin bagi ibu pilihan saya orang hina
Karena dia cuman anak orang miskin
Tapi bagi saya dialah segalanya
Nanti ibu juga yang merasakan
Jangan dipaksa juga menikah dengan orang lain
Lagu ini dan lagu lainnya milik Tety ini bisa dinikmati di YouTube atau media online penyedia lagu daerah. Ibu rumah tangga yang tak sempat membelinya di pasar, tinggal mengunduh saja.
Putri Andela misalnya. Ibu dua anak ini sering mencari Lagu Ocu terbaru untuk diunduh. Memori telepon genggamnya penuh dengan lagu asal daerahnya.
"Lagunya didengarkan sebagai teman saat di rumah bersama anak-anak. Paling suka didengarkan saat pagi, liriknya itu sedih sekali. Namun, bukan berarti cerita lagunya, cerita hidup saya ya," katanya kepada wartawan, Kamis siang, 3 Oktober 2019.
Dia menjelaskan, sejak tahun 2000 begitu banyak Lagu Ocu muncul. Kebanyakan berisi tentang kegalauan hati seorang gadis atau pemuda tentang masa depan cintanya.
"Lagu yang semangatnya juga ada. Namun kalau lagu sedihnya, bisa dibuat meneteskan air mata kalau didengarkan baik-baik," katanya.
Advertisement
Kisah Bermulanya Lagu Ocu
Musik daerah di Riau tidak hanya Melayu dengan dominasi gambus, biola, dan gendang, tapi ada juga Lagu Ocu. Lagu Ocu sendiri berkembang pesat sejak reformasi bergulir. Hal ini tak lepas mudahnya masyarakat mendapat akses informasi dan mengikuti perkembangan musik nasional.
Lagu Ocu berkembang dari hiburan rakyat seperti orgen tunggal atau keyboard. Setiap penyanyi kemudian membuat lagu sendiri dan masuk dapur rekaman seadanya. Lagu ini kemudian disebar melalui kaset pita dan compact disk di pasar tradisional.
Lagu Ocu kemudian mulai dikenal. Satu per satu musisi lokal di Kampar membuat lagu dan menghiasi setiap rumah, radio lokal, dan dibawa dalam berbagai acara resmi pemerintah.
Biasanya, Lagu Ocu didominasi dengan lirik-lirik menyayat hati seperti orang putus cinta, kasih tak sampai karena pasangan dijodohkan dengan pria atau wanita lain, rindu dengan kekasih di daerah rantau, dan cerita anak durhaka.
Dari sekian banyak penyanyi, biasanya ada yang menonjol, misalnya Yanti Ahmad, Amin Ambo, Rizal Ocu, Aren Gompo, Rio Astar, Roni Astar, hinga Tety Liani Aziz.
Sebelumnya, Roni Astar, salah satu pelantun Lagu Ocu berharap pemerintah setempat, khususnya Kampar, lebih memperhatikan musisi lokal. Tujuannya, agar musisi lokal menjadi tuan di daerahnya sendiri.
"Musik tradisional harus dibumingkan lagi agar Kampar bisa juga dikenali melalui seni musiknya," terang Pelantun lagu Condo Indak Pona ini (macam tidak pernah).
Dia menjelaskan, Lagu Ocu selalu dikombinasikan dengan alat musik tradisional seperti calempong, gubano, dan dipoles dengan musik modern dari orgen tunggal.
"Ini sebagai promosi daerah melalui seni. Seni itu ibarat pakaian, bisa menunjukkan jati diri dalam hal ini jati diri Kampar itu sendiri," lanjutnya.
Roni juga berharap ke depan, seniman, dan musisi Ocu lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah melalui lembaga-lembaga semisal Dewan Kesenian Kampar agar lebih terorganisasi.
Simak video pilihan berikut ini: