Liputan6.com, Jakarta - Digitalisasi tak hanya berdampak pada pola konsumsi pembeli, tapi juga pada cara penjual memasarkan dan menjual produk mereka. Jika sebelumnya pembeli yang mendatangi penjual, dengan sistem yang serba digital saat ini, pembeli bisa mendapatkan kebutuhan mereka dengan satu kali kerja; pesan online lewat aplikasi, situs web, pesan antar dan lainnya.
Jika begitu, bagaimana nasib peritel yang menjajakan produk di toko, "menunggu" pembeli datang dan langsung mengambil barang dari sana? Salah satu jaringan ritel besar Indonesia, Alfamart, membeberkan strategi mereka.
Baca Juga
Advertisement
Ryan Alfons Kaloh, Marketing Director Alfamart, mengatakan saat ini Alfamart telah memiliki aplikasi Alfagift yang memudahkan pembeli untuk berbelanja dan membayar belanjaannya secara online. Meski begitu, ada fitur lain yang mendorong konsumen untuk datang.
"Contohnya voucher atau kupon, kalau pelanggan dapat voucher pasti mereka datang dan menukarkan voucher ke gerai," ujarnya dalam forum MMA Impact Indonesia 2019 di Jakarta, Kamis (03/10/2019).
Selain itu, ada fitur Alfastamps yang punya konsep serupa, yaitu mengumpulkan cap dan menukarkannya dengan produk di gerai Alfamart. Kemudian, ada pula fitur personalized offers dimana pelanggan bisa mendapatkan voucher atau kupon belanja produk favorit, serta fitur pelacak gerai Alfamart terdekat.
"Jadi, bukannya jor-joran kasih voucher lalu sudah, tapi kami menciptakan alur baru dengan menerapkan penggunaan aplikasi digital di dalamnya," tambah Ryan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Fokus ke Digital
Akhir-akhir ini, Alfamart memang sedang fokus dalam pemasaran digital dibanding agreasif menambah jumlah gerai.
Mengutip notulen public expose PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) tanggal 16 Mei 2019, kontribusi digital payment sekitar 1-2 persen dari total transaksi. Angka yang tidak begitu besar, namun transaksi top-up digital payment dilaporkan meningkatkan traffic konsumen yang datang ke gerai.
Advertisement