Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Dunia, Frederico Gil Sander, menilai bahwa pemindahan ibu kota negara ke Kalimantan akan membuat Jakarta menjadi kota yang lebih nyaman dan layak huni. Bahkan Jakarta bisa bertransformasi menjadi kota sekelas London dan Los Angeles (LA).
"Jakarta dapat menjadi kota yang lebih layak huni," kata dia, dalam acara peluncuran Laporan Urbanisasi, di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (3/10/2019).
Selepas tak lagi menyandang status sebagai Ibu Kota, Jakarta akan sepenuhnya menjadi pusat bisnis. Sebab, segala aktivitas pemerintahan akan dipindah ke Ibu Kota baru, yakni di Kalimantan Timur tepatnya Panajam Paser Utara dan Kukar.
Baca Juga
Advertisement
Dia mengungkapkan, polusi udara di Jakarta dappat menurun jika status ibu kota sudah pindah ke Kalimantan. Seperti yang pernah terjadi di beberapa kota besar lainnya di dunia.
Selain itu, lapangan kerja yang tersedia juga akan menjadi lebih banyak. Dengan ditunjang oleh akses transportasi publik yang semakin banyak.
Dengan demikian dia berharap Jakarta dapat menjadi lebih nyaman untuk ditinggali.
"London dan LA memiliki udara yang sangat terpolusi di masa lalu tetapi dengan menambah konektivitas yang lebih baik ke pekerjaan, lebih banyak transpor publik akan memiliki lebih baik untuk masyarakat," ujarnya.
Seperti diketahui Presiden Joko Widodo telah menetapkan Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara sebagai ibu kota baru.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
New York di Indonesia
Sebelumnya, Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Triawan Munaf menyebutkan dengan bertranformasinya Jakarta sebagai pusat ekonomi dan bisnis maka kota tersebut akan menjadi New York nya Indonesia. Seperti diketahui, New York merupakan kota pusat ekonomi dan bisnis di Amerika Serikat (AS), sementara Ibu Kota yang merupakan pusat pemerintahan berada di Washington DC.
"Nanti Jakarta akan kehilangan beban, akan membuat kita semakin dinamis. Jakarta itu akan menjadi seperti New York ,seperti Sydney," kata dia, saat ditemui di Menara Batavia, Jakarta, Selasa (27/8).
Oleh karena itu, dia menegaskan pemindahan Ibu Kota jangan dipandang negatif. Sebab yang pindah hanya aktivitas pemerintahan saja. Meski ada kehidupan lain yang ikut pindah kesana. Sehingga ada pembangunan lain yang tentu akan dibangun juga disana misalnya pusat perbelanjaan.
"Sebenarnya gini, kalau pusat pemerintahan gak usah terlalu dipusingin lah. pusat pemerintahan pusat kantor - kantor (yang pindah)," ujarnya.
"Di Kaltim mah hanya kantor - kantor nanti," dia menambahkan.
Selain itu, dia mengingatkan bahwasanya proses pemindahan Ibu Kota tidak lah instan. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk betul-betul memindahkan seluruh aktivitas pemerintahan ke tempat baru.
Dia mencontohkan beberapa negara yang juga melakukan pemindahan Ibu Kota, sebut saja Malaysia yang memindahkan Ibu Kota nya dari Kuala Lumpur ke Putrajaya.
"Mindahin Ibu Kota tuh gak akan cepet. paling cepeat 3 sampai 5 tahun masih berkembang. Inget Putrajaya. Bahkan kalau gak salah Canbera itu 30 tahun pindah dari Sydney dan di Amerika tuh pindah terus setiap 2 tahun dulu di awal-awal tuh sebelum akhirnya dipindahin ke Washington DC," tutupnya.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com
Advertisement