Bantah Anggapan Jauh dari Islam, PDIP Bakal Luncurkan Buku soal Pemikiran Sukarno

Dia menjelaskan, PDIP menyiapkan tim khusus untuk meluruskan sejarah dan anggapan bahwa PDIP jauh dari Islam dalam bentuk buku.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 04 Okt 2019, 09:43 WIB
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto memberi keterangan terkait Pemilu 2019 saat jumpa pers di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Selasa (16/4). Kelima, Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri memerintahkan jajarannya memenangkan pilpres dan pileg sebagai satu tarikan napas perjuangan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto mengaku prihatin karena masih ada yang mau menjauhkan partainya sebagai golongan nasional dengan golongan Islam. Padahal, jejak sejarah PDIP dan Islam sangat panjang dan berjalan baik selama ini.

Hal ini disampaikan Hasto saat berdialog dengan ulama Betawi terkemuka KH Abdul Hayyie Na'im dan sejumlah ustaz serta kiai di teras Masjid An-Nur, Cipete Utara, Jakarta Selatan, Kamis, 3 Oktober malam. Turut didampingi sejumlah kader PDIP, antara lain Zuhairi Misrawi, KH. Zainal Arifin Na'im, Gembong Warsono, dan Yuke Yurike.

"Untuk men-counter hal itu, PDIP merencanakan membukukan pidato dan pemikiran serta kebijakan Presiden Sukarno dan Megawati Soekarnopuri dalam bahasa Arab dan Inggris," ujar Hasto dalam keterangannya, Jumat (4/10/2019).

Dia menjelaskan, PDIP menyiapkan tim khusus untuk meluruskan sejarah dan anggapan bahwa PDIP jauh dari Islam dalam bentuk buku.

"Intinya, kami ingin meluruskan sejarah Bung Karno dan Islam. Termasuk sejarah Ibu Megawati dan Islam," ujar Hasto.

Dalam dialog, Hasto menegaskan Nahdlatul Ulama (NU) dan PDIP merupakan dua kekuatan besar yang memiliki sejarah panjang diharapkan selalu memiliki hubungan baik.

"Sebagai kekuatan Islam dan Nasionalis, maka kuncinya silaturahmi, sehingga bisa terbangun dan terjalin hubungan baik. Pada dasarnya warga Indonesia senang musyawarah," kata dia.

Hasto pun bercerita sejarah panjang PDIP dan NU sejak era Sukarno di masa perjuangan kemerdekaan hingga saat ini.

"PDIP diajarkan untuk tidak melupakan sejarah dan bukan bermaksud takabur. Sejarah Hari Santri diperjuangkan saat kampanya pilpres 2014. Saat itu Wasekjen PDIP Ahmad Basarah mengusulkan kepada Pak Jokowi sebagai kesadaran sejarah atas peran Resolusi Jihad yang menggetarkan tentara Sekutu," ungkapnya.

Dia pun merasa terhormat bisa berdialog dan bertukar pikiran dengan kalangan Nahdliyin di DKI Jakarta. Menurut dia, di desa-sesa warga Nahdliyin dan kader PDIP menyatu.

Saksikan video pilihan berikut ini:


Doakan Jokowi dan Ma'ruf Amin

Hasto pun menceritakan kedatangan tokoh senior dari NU Mbah Moen ke kediaman Megawati beberapa waktu lalu sebelum melaksanakan ibadah haji. Dimana dalam kesempatan itu, keduanya membahas banyak hal.

Mengamini apa harapan Hasto, KH Abdul Hayyie Na'im pun mendoakan antara Islam dan PDIP selalu terjalin hubungan baik. Serta pemerintahan Jokowi- Kiai Maruf Amin ke depan akan memberi manfaat besar bagi Bangsa dan Negara.

"Semoga Pak Jokowi dan Kiai Maruf Amin bisa memimpin dengan baik dan mari kita saling memperkuat silaturahmi," kata Kyai Hayyie Na'im.

Tag Terkait

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya