Hadapi Natal dan Tahun Baru, Pemda Diminta Jaga Pasokan Pangan

Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengajak pemerintah pusat dan daerah meningkatkan sinergi dalam menjaga kecukupan pangan.

oleh Bawono Yadika diperbarui 04 Okt 2019, 11:45 WIB
Aktivitas pedagang di pasar tradisional Senen, Jakarta Pusat, Rabu (24/5). Menghadapi bulan puasa, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita memastikan bahwa harga bahan pokok di pasaran terpantau stabil. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita mengajak pemerintah pusat dan daerah meningkatkan sinergi dalam menjaga kecukupan pasokan dan harga barang kebutuhan pokok (bapok) menghadapi hari besar keagamaan nasional (HBKN).

Hal ini disampaikan Mendag dalam rapat koordinasi nasional barang kebutuhan pokok menjelang Natal 2019 dan Tahun Baru 2020 di kota Batu, Jawa Timur, pada hari ini, Jumat (4/10/2019).

"Dalam beberapa waktu ke depan, ada potensi kenaikan permintaan bapok pada Natal 2019 dan Tahun Baru 2020. Sementara kondisi cuaca masih belum kondusif untuk produksi pangan nasional. Untuk itu, perlu melakukan antisipasi kecukupan pasokan bapok di daerahnya masing-masing sejak dini," tutur Mendag.

Dia menyampaikan, Kemendag diberi mandat untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bapok dengan target inflasi terkendali yaitu 3,5 persen.

Di sisi lain, Pemda sangat berkepentingan dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bapok di daerah masing-masing. Terutama terkait dengan keterjangkauan harga, ketersediaan pangan masyarakat, serta kondusifnya iklim usaha bagi pelaku usaha pangan daerah.

"Agar masyarakat dapat memperoleh pangan dengan harga yang terjangkau, tersedia dalam jumlah yang cukup, dan pelaku usaha memperoleh keuntungan yang wajar," ujar Mendag.

 

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Tantangan di Sektor Pangan

Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita saat memberikan penjelasan kepada media di Jakarta, Rabu (6/2). Pada 2018, Mayora tercatat telah mengekspor 1.000 kontainer Torabika Cappuccino. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Enggar melanjutkan, saat ini pemerintah menghadapi tantangan yang perlu diantisipasi bersama. Salah satunya yaitu inflasi kelompok bahan makanan tahun 2019 yang cenderung naik dan musim kemarau panjang yang hampir merata di seluruh Indonesia.

Meskipun kelompok bahan makanan Agustus 2019 (MoM) mengalami deflasi 1,97 persen, namun secara keseluruhan inflasi sepanjang 2019 (YtD) tercatat sebesar 3,51 persen, tertinggi dibanding kelompok pengeluaran lainnya.

"Beberapa faktor utama penyebab naiknya inflasi tersebut adalah kenaikan harga bawang putih akibat gangguan pasokan impor dan cabe merah akibat faktor kemarau yang cukup panjang," kata dia.

Jadi, menurutnya, periode HBKN merupakan periode yang rawan mengalami gejolak harga, khususnya barang kebutuhan pokok akibat faktor peningkatan permintaan dari masyarakat.

"Ini tergambar dari tingkat inflasi bulanan pada puasa-Lebaran serta akhir tahun yang cenderung naik," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya