Liputan6.com, Jakarta - Tiap negara punya budaya sendiri. Termasuk di dunia motor kustom. Jepang punya gaya sendiri, lain lagi dengan Eropa dan Amerika.
Di Indonesia. motor kustom makin hidup seiring ramainya ajang kustom seperti Kustomfest. Gayanya pun khas, setidaknya itu yang diungkapkan Shinya Kimura dari rumah modifikasi Chabott Engineering (Jepang/AS). Builder Jepang yang sudah 35 tahun lebih berkiprah di custom culture mengungkan budaya yang ada di Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
"Memasukkan identitasnya sebagai orang Indonesia, ini sungguh luar biasa. Saya kira dengan memainkan motif-motif khas Indonesia, seperti wayang dan ciri khas daerah lainnya akan sangat menarik (mungkin) bagi Eropa atau Amerika. Dan ini harus dibawa oleh builder Indonesia, punya ciri khas original," kata dia.
Penggrapannya pun bertahap menyeluruh. Di Jepang sendiri, builder sudah cukup lazim mengoprek hingga ke mesin, yang jika di sana cenderung populer mesin 2-tak.
"Builder di Jepang mereka membongkar mesin motor mereka sendiri. Mesin 4-tak lebih rumit dari mesin 2-tak. Mesin 2-tak lebih sederhana. Ini kenapa mesin 2-tak lebih populer di sana," kata dia.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Budaya Bozozoku
Bukan cuma mesin, Jepang sudah lebih dulu terkenal dengan Bozozoku. Gayanya khas termasuk jika bicara motor kutsomnya dengan sejumlah part yang dirancang berlebihan. Sekalipun Kimura menjelaskan bahwa Bozozoku sejatinya adalah kultur.
"Bozozoku sebenarnya menurut pendapat saya pribadi bukan berangkat dari kustom motor tetapi dari budaya, kultur. Motor mereka dibuat demikian untuk menunjukkan identitas kultur tersebut," kata dia.
Advertisement
Wayang Cocok untuk Eropa
Lantas bagaimana pendapat Kimura tentang gaya kustom ukir dan unsur wayang Indonesia jika dibawa misalnya ke Amerika ataupun Eropa?
"Apakah desain dengan ukiran khas Indonesia dan aplikasi lainnya menarik di negara lain, ini belum tentu," ujarnya.
Kimura menekankan tidak mau menghakimi menilai sebuah karya. Setiap mobil dan motor yang dibuat ada passion dari pembuatnya. "Jangan terjebak pada tren yang lagi booming, menjaga orisinalitas. Jangan membandingkan Indonesia dengan negara lain. Jepang, Amerika, dan Eropa punya sejarah yang panjang, Indonesia akan ke sana pada saatnya," ujarnya.
Penulis: Nazar Ray