Dian Sastro Bicara Pola Pikir Perempuan dan Bangga Jadi Indonesia

Dian Sastro mengajak perempuan untuk mengubah pola pikir dengan sesederhana tak menjatuhkan sesama perempuan.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 07 Okt 2019, 10:02 WIB
Dian Sastro menjadi moderator dalam IDEAFest 2019. (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Sesama perempuan saling menjatuhkan terlanjur jadi kebiasaan. Sangat mudah menemukan komentar-komentar negatif yang menjatuhkan mental perempuan datang dari sesama perempuan, khususnya di dunia maya. Gara-gara itu, Dian Sastro mengajak para perempuan mengubah cara pikir.

Perempuan yang kini terjun jadi produser film Guru-Guru Gokil itu menganggap tantangan yang dihadapi para perempuan modern saat ini tak bisa dihadapi tanpa kolaborasi sesama perempuan.

"Walau memang secara tidak sadar kita tuh kayak ada insting menjatuhkan yang lain. Kesannya, kita baru maju kalau kita jatuhin yang lain," kata Dian Sasro dalam jumpa pers di IDEAFest 2019 di Jakarta, Sabtu, 5 Oktober 2019.

Dengan saling bekerja sama, Dian menjelaskan, kesempatan sukses bisa diraih tidak hanya oleh satu-dua orang saja. "Kita justru bisa maju kalau bisa mengangkat yang lain," ucapnya.

Di sisi lain, menurut alumni Filsafat Universitas Indonesia tersebut, banyak pekerjaan rumah yang belum terselesaikan saat ini, seperti kelaparan, kemiskinan, pendidikan, dan lingkungan hidup. Semua masalah itu dihadapi seluruh manusia.

Maka itu, bila hanya mengandalkan kaum lelaki, masalah tersebut jadi terlalu kompleks. Perempuan juga dituntut berperan untuk menyelesaikan masalah bersama-sama.

"Seluruh manusia, baik laki-laki maupun perempuan, harus berkolaborasi untuk menyelesaikan masalah itu. Perempuan harus terbiasa berkolaborasi dan saling bekerja sama," ujarnya.

Pemikiran itu tak lepas dari sikapnya untuk terus belajar. Dian berpendapat, perjalanan karier yang panjang tidak akan membawa kemajuan, bila tidak mau membuka diri untuk belajar dari berbagai pihak, bahkan orang yang baru merintis karier sekalipun.

Jejaring pertemanan, sambungnya, harus dibuka seluas-luasnya. Sikap merasa jadi pribadi eksklusif justru akan jadi bumerang bagi kemajuan diri sendiri.

"Aku kolaborasi nggak mau ngebatasin dengan orang-orang yang senior saja. Toh berkolaborasi dengan junior pun, mereka perkembangannya bisa lebih canggih daripada kita," tutur Dian Sastro.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Belajar Jadi Indonesia

Pemilik nama lengkap Dian Paramita Sastrowardoyo ini mulai terkenal berkat perannya sebagai Cinta dalam film ‘Ada Apa Dengan Cinta?’ pada 2002 silam. (Liputan6.com/IG/@therealdisastr)

Selain membahas soal kolaborasi, Dian juga mengangkat pentingnya belajar tentang keindonesiaan. Ia bahkan merasa berada di titik paling bangga sebagai orang Indonesia dalam minggu-minggu terakhir ini.

"Mungkin ini adalah titik paling bangga sebagai orang Indonesia dari sepanjang hidup saya," ujarnya.

Menurut bintang film Ada Apa Dengan Cinta? itu, kebanggaan sebagai orang Indonesia berbanding lurus dengan pengetahuan tentang keindonesiaan yang dimiliki.

"Kalau pengetahuan kita itu kecil, kebanggaan kita juga akan kecil. Kalau pengetahuan kita tentang Indonesia itu besar, kita akan jauh lebih bangga," ujarnya.

Namun, ia menyadari adanya ketimpangan kepedulian terhadap bangsa di tengah anak-anak muda. Untuk itu, Dian bertekad untuk bisa memproduksi karya yang bisa menginspirasi anak-anak muda agar lebih peduli soal Indonesia.

"Saya tahu segregasi antara yang peduli dan nggak peduli itu jauh banget. Tapi, saya nggak kecil hati karena adanya social media dan film sebagai poros tengah," katanya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya