Cerita Para Dokter di Papua dan Papua Barat Saat Kerusuhan Terjadi di Beberapa Daerah

Para dokter yang bertugas di Papua dan Papua Barat menceritakan bahwa tenaga kesehatan sesungguhnya sangat dihormati meski terjadi konflik

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 07 Okt 2019, 11:00 WIB
Suasana di Wamena usai kerusuhan yang terjadi beberapa waktu lalu sudah lebih baik, namun para dokter yang bertugas di Papua diminta tetap menjaga diri mereka dengan terus membawa identitas yang menunjukkan profesi mereka. (Foto: Liputan6.com/Giovani Dio Prasasti)

Liputan6.com, Jakarta Akhir-akhir ini, Papua banyak disorot karena beberapa insiden kerusuhan yang merugikan masyarakat, salah satunya bahkan menewaskan seorang dokter yang bertugas di Wamena. Beberapa waktu lalu, para dokter yang bertugas di sana mengungkapkan berbagai cerita ketika konflik terjadi.

Melalui panggilan video jarak jauh dari Papua dan Papua Barat beberapa waktu lalu, para dokter ini menceritakan bahwa sesungguhnya, insiden yang terjadi dikarenakan adanya isu-isu miring yang beredar di masyarakat.

"Walaupun akhir-akhir ini ada kericuhan-kericuhan terjadi karena pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, itu karena adanya isu-isu hoaks. Sebenarnya orang-orang Papua itu baik," kata Ketua Ikatan Dokter Indonesia Jayapura Samuel Baso dalam kegiatan temu media yang diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Kamis lalu, ditulis Senin (7/10/2019).

Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah Scholoo Keyen, Sorong, Fany Oktarina mengungkapkan bahwa profesi tenaga kesehatan sesungguhnya sangat dihormati oleh masyarakat setempat. Karena itu, para dokter dan petugas medis disarankan untuk menggunakan atribut mereka agar masyarakat tahu bahwa mereka adalah tenaga kesehatan.

Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini


Tenaga Kesehatan Dihormati

Ilustrasi Dokter Militer (iStockphoto)​

Dalam kegiatan yang sama, Fany mengungkapkan bahwa ketika terjadi kerusuhan pertama kali di Papua pada Agustus lalu, rumah sakit tempatnya bekerja mendapatkan perlindungan lebih dengan memasang palang.

Selain itu, Fany dan tenaga kesehatan lainnya juga menggunakan jas dokter serta atribut medis lainnya untuk jaga diri. Ia mengatakan, para peserta aksi kala itu mempersilahkan para dokter untuk melewati jalan yang kebetulan sedang dilakukan demonstrasi.

"Jadi pada saat itu, orang yang melakukan demonstrasi masih memperlakukan kami sebagai tenaga medis," kata dokter spesialis penyakit dalam tersebut.

Meski begitu, dia menceritakan bahwa pelayanan kesehatan di awal konflik terjadi sempat terhambat karena takutnya masyarakat pergi ke tempat-tempat umum.


Dekat Kantor DPRD yang Dibakar, RS Tak Tersentuh

Massa turun ke jalan dalam unjuk rasa yang berujung kerusuhan di kota Manokwari, Papua, Senin (19/8/2019). Aksi masyarakat Papua ini merupakan buntut dari kemarahan mereka atas peristiwa yang dialami mahasiswa asal Papua di Surabaya dan Malang, serta Semarang beberapa hari lalu. (STR / AFP)

Sementara itu, dokter Riskha Purniawati yang bertugas di RSUD Manokwari mengatakan bahwa tempatnya bertugas tidak tersentuh meski letaknya berada di kantor DPRD Manokwari yang dibakar oknum pada Agustus lalu.

"Walaupun terjadi pembakaran di mana-mana, fasilitas kesehatan tidak ada yang terganggu. Bahkan rumah sakit umum yang posisinya berseberangan dengan kantor DPRD yang dibakar oleh massa aman," kata Riskha.

Bahkan, dokter spesialis kejiwaan Rizky Aniza Winanda mengungkapkan pada saat demo besar-besaran di beberapa wilayah Indonesia kemarin, kondisi di Jakarta dirasa lebih mencekam daripada di daerahnya bekerja.


Lebih Mencekam di Jakarta

Massa melempari batu ke arah polisi saat Pos Polisi Subsektor Pejompongan terbakar dalam demonstrasi yang berujung bentrok di Jakarta, Rabu (25/9/2019). Pos Polisi Subsektor Pejompongan yang berada dekat lokasi bentrok terbakar hingga menghanguskan bangunan. (merdeka.com/Iqbal Nugroho)

Aniza mengatakan bahwa saat dia berada di Jakarta dan mendengar pemberitaan tentang kondisi Papua, seperti soal eksodus di Wamena, dirinya malah merasa was-was ketika melihat apa yang disajikan di media.

"Memang berbeda sekali kalau kita lihat di berita dan secara langsung. Saya was-was sekali kok di berita seperti ini. Saya rasa banyak orang di luar Papua dan Papua Barat saat ini melihat eksodus di Wamena kok mencekam sekali, padahal kalau di sini sendiri lebih mencekam di Jakarta."

Meski memang pada 19 Agustus lalu sempat terjadi kerusuhan, namun Aniza mengatakan hal itu terjadi karena adanya beberapa masyarakat dari suku tertentu yang sedang dalam keadaan mabuk sehingga merusak toko-toko yang ada di sekitar mereka.

"Selebihnya dari itu, orang Papua melindungi kami, termasuk di salah satu rumah sakit. Sejak awal mereka selalu memberikan rasa nyaman dan aman," kata Aniza.

Meski saat ini kondisi sudah lebih kondusif, Samuel berpesan agar para dokter agar tetap mengenakan atribut medis misalnya jas putih bagi para dokter.

"Tidak usah takut, tetap bekerja, jangan lupa pakai identitas sebagai dokter, jadi pakai jas dokter supaya bisa dikenali," kata Samuel.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya