Liputan6.com, Jakarta - Laporan ekonomi digital e-Conomy SEA 2019 menyebut pendanaan ekonomi digital Indonesia berjalan lancar pada tahun 2019 meski ekonomi global sedang volatile. Investasi digital tahun lalu di Indonesia mencapai USD 3,8 miliar dan tahun ini sedang on-the-track menuju angka tersebut.
Namun, Bank Dunia dan para ekonom menyebut krisis finansial diprediksi baru mulai pada tahun 2020 dan 2021. Para startup pun disarankan untuk gencar mengumpulkan dana serta jangan sibuk bakar duit, sebab pendanaan akan sulit dicari.
"Pertama, raih pendanaan ketika masih tersedia ketimbang menunggu sampai saat akhir. Dan saya pikir hal yang lebih penting adalah membangun model bisnis yang sustainable. Kamu tidak bisa hanya terus menggelontorkan uang agar tumbuh, tumbuh, dan tumbuh," ujar Rohit Sipahimalani, Joint Head Investment Group Temasek, di Google Indonesia, Jakarta, Senin (7/10/2019).
Baca Juga
Advertisement
Ia berkata sah-sah saja jika startup ingin berinvestasi ke pertumbuhan, tetapi mereka harus sadar bahwa memiliki bisnis sustainable lebih penting saat ada krisis finansial. "Kamu tidak bisa berpikir soal membakar (uang) selamanya, karena uang tidak akan selalu tersedia," tegasnya.
Rohit menyebut pendanaan pasti akan menurun pada saat ada krisis, tetapi wilayah Asia Tenggara disebut Rohit tak akan terlalu terkena dampak keras dari krisis maupun perang dagang. Hal itu berkat pertumbuhan ekonomi yang sirkular dan kekuatan konsumsi domestik.
Jumlah investment deal pada sektor ekonomi digital di Indonesia pada semester I tahun ini menurun dari periode sama tahun lalu, yakni dari 157 ke 125. Penyebabnya karena investor memilih menaruh dana ke unicorn, sehinggga aliran dananya sebetulnya tetap sama besar, meski stagnan, yakni USD 1,8 miliar.
Total pendanaan ekonomi digital di Indonesia pada tahun lalu juga lebih tinggi dari mayoritas negara ASEAN. Tahun lalu Malaysia hanya mendapat USD 400 juta dan Vietnam mendapat USD 35 juta, sementara yang paling tinggi adalah Singapura yakni USD 9,1 miliar.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Pertumbuhan Ekonomi Digital Indonesia Tertinggi di ASEAN
Indonesia terpantau menjadi lokasi yang seksi bagi pertumbuhan ekonomi digital. Berdasarkan laporan Temasek, ekonomi digital Indonesia tahun ini mencetak USD 40 miliar atau Rp 556,6 triliun (USD 1 = Rp 14.166).
Angka pertumbuhan ekonomi digital merupakan yang tertinggi di Asia Tenggara tahun ini, mengalahkan Thailand (USD 16 miliar), Singapura (USD 12 miliar), Vietnam (Rp 12 miliar), Malaysia (USD 11 miliar), dan Filipina (USD 7 miliar).
Pada tahun 2025, ekonomi digital Indonesia pun akan terus meroket hingga USD 133 miliar. Angka itu jauh di atas runner-up di ASEAN, yakni Thailand dengan ekonomi digital sebesar USD 50 miliar di tahun 2025.
"Kami melihat banyak potensi dalam ekonomi digital Indonesia. Populasi anak muda digital native yang sangat aktif menjadi faktor kunci dalam perkembangan ekonomi mereka," ujar Rohit Sipahimalani, Joint Head, Investment Group, Temasek di Google Indonesia, Jakarta, Senin (7/10/2019).
Pertumbuhan sektor ekonomi digital Indonesia ditopang oleh e-commerce yang dalam empat tahun tumbuh 12,3 kali lipat menjadi USD 21 miliar. Pada tahun 2025 pertumbuhannya bisa mencapai USD 82 miliar.
Advertisement
Online Travel Tumbuh Paling Pesat
Pertumbuhan pesat juga ada di sektor ride-hailing yang pada tahun 2015 nilainya masih USD 900 juta tetapi tahun ini mencapai USD 6 miliar. Pada tahun 2025 diprediksi akan menjadi USD 18 miliar.
"E-commerce dan ride-hailing terutama memberikan daya yang kuat, ditambah dengan adanya kompetisi antara pemain Indonesia dan regional. Semua sektor juga mendapat untung dari tumbuhnya adopsi pembayaran digital," tulis laporan e-Conomy SEA 2019 yang disusun Google, Temasek, dan Bain & Company.
Pertumbuhan signifikan lain adalah online travel yang tumbuh dua kali lipat pada empat tahun terakhir menjadi USD 10 miliar. Online travel juga diprediksi tumbuh 2,5 kali lipat menjadi USD 25 miliar.
Online media di Indonesia juga akan makin kuat, yakni mencakup iklan digital, game, serta langganan musik dan video. Tahun ini online media tumbuh menjadi USD 10 miliar dan akan makin kuat menjadi USD 25 miliar pada tahun 2025.