Akhir Kisah Gajah Dita Ditemukan Membusuk di Kubangan

Dirawat sejak tahun 2916, gajah Dita akhirnya ditemukan tak bernyawa di kubangan SM Balai Raja Bengkalis. Kondisi gajah itu sudah membusuk dan perutnya mengeluarkan usus.

oleh M Syukur diperbarui 08 Okt 2019, 03:00 WIB
Bangkai gajah Dita ketika ditemukan petugas di kubangan tak jauh dari Jalan Bengkalis, Riau. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Pekanbaru - Beberapa hari lalu, jalan gajah betina ini gontai seolah tak sanggup membawa badan bongsornya berjalan. Dia tak mau keluar dari green belt atau kawasan hijau di Suaka Margasatwa Balai Raja, Kabupaten Bengkalis, Riau.

Sesekali, gajah bernama Dita itu terlihat bersama satwa serupa lainnya, Seruni. Namun, pada Senin siang, 7 Oktober 2019, Dita ditemukan mati di kubangan dengan kondisi membusuk.

Sejumlah petugas konservasi, mulai dari Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), Riau Satwa Foundation (RSF), dan Himpunan Penggiat Alam atau Hipam, sudah ke lokasi mengecek bangkai gajah Dita.

Kepala BBKSDA Riau Suharyono dikonfirmasi membenarkan kematian gajah itu. Petugas di lapangan menyimpulkan itu adalah Dita melihat dari tanda-tanda fisik di satwa benama latin Elephas maximus sumatranus ini.

"Tim masih di lokasi memeriksa fisik gajah untuk mencari tahu penyebab pasti kematiannya," sebut Suharyono, Senin petang.

Menurut Suharyono, gajah Dita diperkirakan berusia 25 tahun. Ciri fisik Dita di antaranya, ada cacat kaki kiri depan, tidak ada tapak karena pernah terjerat, dan tidak ada gading karena gajah betina.

Dita merupakan anggota kelompok gajah di SM Balai Raja. Kematiannya sudah diperkirakan lima hari dan masih menunggu hasil nekropsi dari tim medis.

Terpisah, Solfarina dari RSF menyebut perut bangkai gajah Dita pecah sehingga ususnya keluar. Hal ini terjadi karena gajah itu sudah beberapa hari mati.

"Terakhir patroli, beberapa hari lalu, Dita masih terlihat. Begitu juga dengan gajah betina dewasa lainnya, Seruni," kata Solfarina.

Menurut Solfarina, gajah Dita ditemukan di pinggir Jalan Bengkalis. Bangkainya terendam air kubangan tak jauh dari Dita berdiam diri sebelum ditemukan mati.

"Informasi dari kawan Hipam, gajah itu diyakini Dita dilihat dari kakinya. Ada bekas luka," ucap Solfarina.


Penderitaan Dita Sejak 2016

Gajah Dita ketika masih hidup dan mendapat perawatan medis dari BBKSDA Riau. (Liputan6.com/Dok BBKSDA Riau/M Syukur)

Pada tahun 2017, gajah Dita pernah sekarat karena kakinya terluka parah akibat terkena jerat. Untuk mengobati kakinya, BBKSDA Riau menurunkan tim merawat Dita ke SM Balai Raja, Bengkalis.

Pengobatan dilakukan beberapa kali selama November 2017. Setiap kali pengobatan, gajah Dita harus ditembak bius agar tak membahayakan petugas di lapangan.

Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono, luka di tapak kaki kanan gajah Dita cukup parah. Pengobatan ekstra harus dilakukan dan kondisinya terus dipantau berulang kali.

Selain obat, petugas medis tak lupa memberinya multivitamin penambah darah dan penguat otot supaya kuat berjalan. Tak lupa sampel darah Dita diambil untuk diperiksa di laboratorium.

"Darah diperlukan untuk general check up agar dapat diketahui kondisi Dita secara menyeluruh," terang Suharyono.

Sebelumnya, pada tahun 2014, tapak kiri depan gajah Dita sudah putus karena jerat. Berikutnya, pada tahun 2016, BBKSDA Riau mengobati Dita hingga berlanjut pada tahun 2017.

Usai diobati tahun 2017, kondisi gajah Dita terpantau membaik. Namun, pada awal Oktober 2019, kondisinya ditemukan memburuk dan belum diketahui apakah karena lukanya kambuh lagi.

"Tahun 2018 pernah juga diobati juga, dilakukan dua kali," ungkap Suharyono.

Sebagai informasi, SM Balai Raja merupakan salah satu kantong gajah di Riau. Dalam beberapa tahun belakangan, hutan di sana diduga menyusut karena perambahan liar. Perambah diduga memasang sejumlah jerat agar kebun sawit ilegal tak dimasukin gajah.

 

Simak video pilihan berikut ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya