Liputan6.com, Jakarta - Dunia tinju Indonesia pernah memiliki sosok Ellyas Pical yang mengharumkan nama bangsa di pentas internasional jauh sebelum Chris John atau Daud Jordan. Bahkan boleh dibilang, berkat jasanyalah nama Indonesia harum di pentas tinju dunia terutama di era 80an.
Pria yang kini berusia 59 tahun itu merupakan petinju profesional Indonesia pertama yang meraih gelar internasional di luar negeri.
Advertisement
Torehan legendaris Pical itu terjadi di Seoul, Korea Selatan 19 Mei 1984. Melawan petinju tuan rumah, Hi-yung Chung, Pikal menang angka lewat pertarungan 12 ronde.
Sejak saat itu, nama Pical semakin disegani di dunia tinju internasional. Berbagai gelar pun diraih sosok kelahiran Saparua, Maluku Tengah 24 Maret 1960 tahun tersebut.
Ia bahkan mendapat julukan The Exocet. Nama itu diambil dari nama rudal buatan Prancis berkecepatan 315 meter per detik. Pemilihan nama ini tak lain dikarenakan hook Pical yang sangat cepat.
Di antara pertarungan legendaris Ellyas Pical, salah satunya adalah duel perebutan gelar juara bantam junior versi IBF melawan Chun Hu-do di Jakarta 3 Mei 1985. Pertandingan itu tepatnya digelar di Istora Senayan, Jakarta dan disiarkan langsung di televisi.
"Memasuki ronde kelima, Ellyas Pical masih tetap steady saudara-saudara. Bahkan Hu-do Chun sampai saat ini kami kira belum menemui sasaran untuk memukul lawannya," ujar narator, Sambas Mangundikarta.
Dalam pertandingan tersebut, Pical yang terkenal dengan pukulan hook dan uppercutnya berstatus sebagai penantang. Meskipun demikian, Pical berhasil membuat lawannya tampil tertekan.
Pical bahkan sempat membuat Hu-do Chun berlari kecil ke pojok ring untuk menghindari pukulannya. "Dua kali, tiga kali, empat kali, terdesak sekarang Hu-do Chun.." ujar Sambas yang disertai dengan sorak-sorai penonton di Istora.
Pical akhirnya ditahbiskan sebagai pemenang di ronde ke-8. Hook kiri dari Pical membuat Chun terkapar. Penonton pun riuh menyambut juara dunia baru, Ellyas Pical.
"Sekali lagi, 15 ronde yang akan berlangsung di antara kedua petinju. Hyaak. jatuh," kata Sambas, melihat Chun terbaring di atas ring.
Terkapar Usai Pensiun
Setelah melawan Chun, Pikal tercatat meladeni beberapa petinju internasional lain seperti Wayne Mulholland (Australia), Cesar Polanco (Republik Dominika, dan Dong-Chun Lee (Korea Selatan), dan Khaosai Galaxy (Thailand).
Nama terakhir sempat membuat Pical frustasi karena kalah. Namun ia mampu bangkit dan merebut gelar IBF kelas bantam junior melawan Tae-Ill Chang asal Korea Selatan.
Gelar itu akhirnya harus kembali melayang dari tangan Pical usai ia kalah melawan Juan Polo Perez (Kolombia) dalam pertarungan di Amerika Serikat, 4 Oktober 1989.
Usai melawan Perez, Pical perlahan pamit dari dunia tinju. Selepas pensiun, kehidupan Pical sempat 'naik-turun' hingga ditangkap polisi pada 13 Juli 2005 karena kasus obat-obatan dan dihukum 7 bulan.
Advertisement
Dibuatkan Film
Kasus Pical mengundang sorotan dari publik terkait perhatian pemerintah terhadap mantan atlet. Maklum, keterpurukan Pical dinilai terjadi salah satunya karena kurangnya perhatian terhadap pemerintah.
Setelah menjalani hukuman, Pical lalu bekerjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI). Kini, kisah hidupnya pun sedang dalam rencana untuk difilmkan.