Wagub Emil Dorong Perguruan Tinggi Terlibat Edukasi Mitigasi Bencana

Emil Dardak selaku Wakil Gubernur Jatim menginginkan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) menjadi salah satu alat edukasi untuk mitigasi bencana.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 09 Okt 2019, 02:00 WIB
Kantor Pusat Manajemen Universitas Airlangga di Kampus C Unair, Jalan Ir Soekarno, Mulyorejo, Surabaya, Jatim. (www.unair.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Universitas Airlangga (Unair) Surabaya menggelar seminar nasional dengan tema Antisipasi dan Penanganan Bencana yang bertempat di Aula Garuda Lt. 5 Kampus C Unair pada Selasa 8 Oktober 2019.

Pada kesempatan itu, Rektor Unair, Prof Mohammad Nasih dan Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Elestianto Dardak memberikan pemaparan tentang pentingnya mitigasi bencana.

Rektor Unair, Prof. Nasih dalam sambutannya menyampaikan, bencana di Indonesia menjadi masalah setiap tahun. Kerugian yang diakibatkan secara materiil dan jiwa sudah harus diantisipasi sedini mungkin.

Prof. Nasih juga mengatakan, seminar ini menjadi ruang pemahaman tentang pentingnya mitigasi bencana.

"Bencana yang akhir-akhir ini menimpa beberapa wilayah Indonesia seharusnya dapat diselesaikan dengan edukasi sejak dini,” ungkapnya.

Selanjutnya, Emil Dardak selaku Wakil Gubernur Jatim menginginkan perguruan tinggi ikut dalam proses edukasi mitigasi bencana. Salah satu aktualisasi konkrit adalah program Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang seharusnya sudah menjadi program pokok. KKN sudah harus mengikuti kondisi zaman terutama Indonesia yang saat ini krisis penanganan bencana.

Penanganan bencana, imbuh Emil, juga membutuhkan disiplin ilmu sosial. Peran perguruan tinggi harus masuk ke dalam masalah bencana untuk menyelesaikannya. Peran perguruan tinggi sebagai pressure group untuk mendorong edukasi mitigasi bencana sedini mungkin.

"Tidak hanya stakeholder dari politisi yang memberikan pressure terhadap mitigasi bencana, peran perguruan tinggi terutama para pakar seyogyanya mampu membantu dalam masalah ini," ungkapnya di Surabaya.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini


Indonesia Rawan Bencana

Kondisi bangunan rumah yang rusak akibat gempa di Ambon, Maluku, Jumat (27/9/2019). Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut korban meninggal akibat gempa magnitudo 6,5 yang mengguncang Maluku pada 26 September 2019 sebanyak 23 orang. (HO/BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA/AFP)

Indonesia yang terletak di lingkaran api (ring of fire) kemungkinan bencana cukup besar. Bencana seperti gempa, tsunami, dan gunung meletus sudah menjadi atensi masyarakat untuk mengurangi kerugian secara materiil maupun jiwa.

Untuk menanggapi hal itu, masyarakat dapat membuka asuransi bencana. Tujuan dari asuransi bencana adalah mengurangi kerugian secara materiil yang ditanggung masyarakat karena bencana.

Tentu saja perlu adanya penekanan kepada masyarakat untuk berdoa agar bencana tidak terjadi. Emil juga memberikan pendapat terhadap edukasi mitigasi bencana kepada masyarakat segera diaktualisasikan dengan cepat.

“Edukasi mitigasi bencana sangat penting untuk menyelamatkan keberlangsungan hidup masyarakat sebelum dan setelah bencana. Ketahanan tiap sektor seperti stakeholder dan masyarakat sudah saatnya duduk bersama untuk mengurangi risiko bencana,” ungkapnya.

Pada akhir kesempatan acara, Direktur Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Sri Iswati, S.E., M.Si., Ak., mengatakan bahwa dengan adanya kegiatan tersebut pihaknya berharap kepada seluruh masyarakat maupun civitas akademika yang hadir, bisa lebih sigap dalam menghadapi bencana.

Terlebih, lanjut Prof. Sri Iswati, dari paparan pemateri yang ada, masyarakat dan civitas tentu bisa lebih memahami pola dan cara agar tanggap dalam menghadapi bencana yang memang menjadi salah satu karakteristik alam Indonesia.

"Dengan ini, kami ingin membangun kesadaran masyarakat, civitas, dan kita bersama agar selalu sigap dan waspada terhadap bencana," pungkasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya