Liputan6.com, Garut - Menggunakan stelan kupiah, sarung, dan jilbab ala pesantrenan, tak menghalangi sekitar 200 santri pondok Pesantren Al-Halim, Garut, Jawa Barat, untuk mengikuti kegiatan pengenalan literasi ala mahasiswa.
Mereka nampak antusias mengikuti bimbingan kelas Diseminasi Gerakan Literasi Nasional yang disampaikan Kepala Balai Bahasa, Provinsi Jawa Barat.
Bagi mereka, mendapatkan ilmu literasi, dari pakar dan praktisi literasi, merupakan hal baru untuk memahami pentingnya informasi di era keterbukaan saat ini.
Hasilnya, selain pintar mengaji dan beramal sholeh, kalangan santri yang biasa tinggal di pesantren, mampu menjadi generasi muda yang melek literasi dalam menyampaikan pesan bagi masyarakat, dalam menghadapi persaingan global.
Baca Juga
Advertisement
“Acaranya sangat menarik, terutama hal ini (literasi) baru bagi kami,” ujar Sidki, (16) salah satu peserta literasi kepada Liputan6.com, Selasa (8/10/2019).
Menurut dia, pengenalan pemahaman literasi secara langsung kepada santri terbilang baru, sehingga perkembangan literasi di kalangan pesantren belum begitu terlihat.
“Ini baru pertama kali saya mengikuti acara seperti ini (Literasi),” kata dia, menyikapi masih rendahnya pengenalan literasi bagi kalangan pesantren.
Dampaknya, pola pemahaman santri terhadap literasi terbilang rendah dalam menyampaikan pesan dan informasi bagi masyarakat.
“Tadi dijelaskan jika literasi itu kan tidak hanya membaca, namun juga menulis, meramunya hingga menyebarkan informasi bagi masyarakat,” kata dia.
Dengan respon positif yang diberikan santri, ia berharap kegiatan pemahaman literasi bagi generasi muda terutama santri, lebih banyak digelar di kalangan pesantren.
“Jangan hanya kali ini urusan selesai, tapi berkesinambungan,” pinta dia.
Pelatihan Berkala
Hal senada disampaikan Lesti, (16), salah satu peserta kalangan putri. Menurutnya, pengenalan dunia literasi bagi kalangan santri, cukup membantu pemahaman untuk pengamalan ilmu agama bagi masyarakat.
“Hingga kini kami akui pemahaman literasi bagi pesantren masih jarang, makanya diperlukan lebih masif lagi,” pinta santri pesantren al-Halim tersebut.
Meningkatnya kemampuan literasi di kalangan santri ujar dia, bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan mereka, dalam mengamalkan sekaligus menyebarkan pesan dan informasi secara luas bagi masyarakat.
“Kalau bisa (pelatihan literasi) berkala, jangan hanya sekali saja agar lebih mengerti,” ujar dia.
Selama ini, pemahaman dunia literasi di kalangan pesantren, hanya diperoleh secara tradisional yang disampaikan kiai dan pengajar pondok.
“Itu pun sangat terbatas, sebab lebih banyak memahami pemahaman agama,” ungkap dia.
Dengan semakin berkembangnya era teknologi, kalangan generasi muda terutama dunia santri di pesantren, dipacu melek literasi untuk menyerap informasi yang berkembang.
"Memang lama (memahami literasi), tetapi seluruhnya membutuhkan tahapan dan proses," kata dia.
Advertisement
Tertinggal Jauh
Kepala Balai Bahasa Provinsi Jawa Barat Umar Solikhan mengakui pemahaman dan pengetahuan literasi masyarakat Indonesia masih terbilang minim. “Kalau jauh jika dibanding negara maju,” kata dia.
Saat ini, kemampuan membaca rakyat Indonesia masih kalah jauh dibanding negara maju, seperti negara eropa termasuk negara kawasan Asia Tenggara. “Sama negara Vietnam saja kita sudah kalah, apalagi Cina dan Singapura,” ujar dia.
Menurutnya, pemahaman literasi yang baik, dibutuhkan berbagai lapisan masyarakat terutama generasi muda, dalam menyampaikan setiap informasi.
“Literasi itu tidak hanya membaca dan memahami, namun bisa mengkomunikasikan bagi masyarakat,” ujar dia.
Dalam perkembangan abad modern, kemampuan literasi suatu masyarakat ujar dia, berbanding lurus denga kualitas bangsa, sehingga dibutuhkan upaya peningkatan kemampuan literasi secara menyeluruh.
“Disadari atau tidak memang kemampuan literasi kita masih sangat minim dan kalah jauh dibanding negara tetangga sekalipun,” papar dia.
Untuk mengejar itu, terutama mencapai tujuan generasi emas 2045, lembaganya berpacu dengan waktu mengenalkan sekaligus memberikan pemahaman literasi bagi generasi muda.
Dalam kegiatan pengenalan literasi tersebut, lembaganya memberikan pemahaman pentingnya literasi, untuk memacu imaginasi mereka, dalam menghasilkan sebuah karya yang bisa dinikamati masyarakat.
“Kami berikan pemahaman bagaimana membaca yang baik, memahami masalah, hingga menghasilkan karya berbasis kearifan lokal,” kata dia.
Khusus kabupaten Garut, seluruh peserta yang dilibatkan dalam kegiatan itu, sengaja menggunakan elemen santri, sebagai jawaban kebutuhan mereka terhadap literasi.
“Biasanya di kabupaten lain kami libatkan guru dan komunitas literasi,” ujar dia.