Liputan6.com, Jakarta - Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian, Ngakan Timur Antara mengungkapkan pihaknya telah melakukan assessment terhadap 326 perusahaan manufaktur. Dari hasil penilaian tersebut, sejumlah perusahaan sudah siap menuju transformasi industri 4.0.
Adapun perusahaan-perusahaan tersebut merupakan sektor-sektor yang diprioritaskan dalam implementasi tahap awal, sesuai dengan peta jalan Making Indonesia 4.0, yaitu industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri kimia, industri otomotif, serta industri elektronika.
“Alat ukur itu kita namakan Indonesia Industry 4.0 Readiness Index (INDI 4.0), yang tujuannya agar kita bisa mengetahui level kesiapan industri yang bisa kita lakukan assessment," kata dia, dalam acara Workshop Pendalaman Kebijakan Industri, di Padang, ditulis Rabu (9/10).
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, dia mengatakan Kemenperin juga sudah membangun ekosistem industri 4.0 dengan mengembangkan konsep green industry.
“Selanjutnya, kami juga memberikan bimbingan teknis transformasi industri 4.0 baik itu kepada manager maupun engineer perusahaan,” ujarnya.
Dia menjelaskan pembentukan ekosistem industri 4.0 atau yang disebut SINDI 4.0 (Ekosistem Indonesia 4.0), Kemenperin berharap SINDI 4.0 dapat menjadi wadah dalam membangun sinergi dan kolaborasi antar pihak untuk mempercepat proses transformasi industri 4.0, koordinasi antar pihak dalam proses tansformasi industri 4.0, serta jejaring dan kerja sama antar pihak dalam akselerasi proses transformasi industri 4.0.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi
Ngakan menambahkan, implementasi Making Indonesia 4.0 guna menyikapi kondisi perekonomian dan industri yang berkembang saat ini. “Apalagi, kita ingin membutuhkan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Maka itu, kita perlu memasuki industri 4.0, dan ini telah menjadi agenda nasional,” tambahnya.
Penerapan industri 4.0 dinilai mampu mendorong peningkatan produktivitas sektor industri secara lebih efisien. Hal ini karena telah terbangunnya konektivitas melalui pemanfaatan teknologi digital. Misalnya, menggunakan internet of things atau artificial intelligent.
“Bahkan, industri 4.0 akan dapat memunculkan pekerjaan baru yang cukup banyak, seperti teknisi untuk memperbaiki robot dan para tenaga ahli untuk mengolah data-data. Apalagi, sekarang banyak aplikasi yang telah berkembang untuk mendukung dalam proses produksi,” tuturnya.
Ngakan pun optimistis, transformasi industri 4.0 akan mendongkrak kinerja sektor manufaktur nasional. Hal ini akan memperkuat peran industri terus menjadi sektor andalan dalam menopang perekonomian Indonesia. “Industri sebagai kontributor terbesar penerimaan negara, seperti melalui setoran pajak,” terangnya.
Advertisement
Realisasi Pajak
Sebagai informasi, pada tahun 2018, realisasi pajak dari sektor industri mencapai Rp363,60 triliun atau menyumbang 30 persen dari total penerimaan pajak sebesar Rp1.316 triliun.
Setoran industri tahun lalu meningkat 11,12 persen dibanding tahun 2017. Selain itu, industri mampu menyumbang penerimaan cukai sebesar Rp159,7 triliun.
Kemenperin juga mencatat, sepanjang Januari-Juni 2019, pengapalan produk manufaktur nasional mampu menembus hingga USD60,16 miliar. Nilai ini berkontribusi sebesar 74,88 persen dari capaian ekspor nasional yang menyentuh angka USD 80,32 miliar di semester pertama tahun ini.
Reporter: Yayu Agustini Rahayu
Sumber: Merdeka.com