Liputan6.com, Jakarta - Lukman Hakim merupakan penyandang disabilitas dengan kedua lengan sampai jarinya tidak berfungsi sejak lahir. Meski begitu, dengan menggunakan kaki saja, Lukman mampu membuktikan dirinya memiliki bakat dalam melukis.
Pria asal Desa Singolatren, Wijenan Kidul, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur itu banyak menghasilkan karya seperti seni lukis pemandangan, replika foto, figure, serta jenis realis dan surelis.
Advertisement
Lukman yang merupakan disabilitas ini banyak menerima pesanan, pameran lukisan, dan menang berbagai lomba. Ia sudah belajar melukis sejak TK.
"Belum SD sudah mulai ngelukis, sudah tertarik. Kan mulai kecil suka nonton TV, kartun-kartun, Donald Bebek. Akhirnya niru, nyoba-nyoba," ujar Lukman.
Lukisan pemandangan Lukman bahkan pernah dikirim ke Jepang saat dirinya masih duduk di kelas 2 SD.
"Kelas 2 SD pernah partisipasi, terus karyanya dikirim ke Jepang. World kontes untuk anak. Ngelukis pemandangan gunung, saya perwakilan dari SDN Singolatren 1," ucap Lukman.
Dia mengaku, sejak kelas 2 SMP 1 Songojuruh bakatnya terasah. Dirinya juga pernah juara satu lomba kaligrafi khusus santri tingkat Banyuwangi.
Di tingkat provinsi, meski menjadi disabilitas, Lukman berhasil mewakili Banyuwangi lomba kaligrafi di Surabaya.
"Seingat saya acaranya itu Festival Anak Seluruh Indonesia, khusus santri. Waktu itu saya Diniyah. Setelah juara satu, terus mewakili lomba di Islamic Center Surabaya. Mewakili Banyuwangi," kenang dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sempat Vakum
Lukman mengaku sempat vakum karena tidak ada teman melukis dan tidak ada biaya membeli perlengkapan lukis yang cukup mahal.
"Waktu itu sempat vakum total sampai selesai sekolah di SMK PGRI Rogojampi. Gak ada acara melukis, Media lukisnya juga kesulitan, larinya malah ke akutansi," terangnya.
Namun, semangat Lukman kembali membara ketika Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menyelenggarakan pameran lukisan.
Dari situ, Lukman mendapatkan katalog dan mencari kontak serta alamat para pelukis yang dekat dengan daerah rumahnya. Hingga akhirnya, ia bergabung dengan para pelukis di Galeri Banyumili, Kecamatan Songgon.
"Awalnya aku dengar kabar ada pameran di Banyuwangi. Akhirnya kenal teman perantauan dari Jakarta, Gatot Heru. Diarahkan ke Galeri Songgon sini. Terus ngawali lagi belajar anatomi, proporsi warna," kata dia.
Menurut Lukman, siapa pun bisa memesan lukisannya. Soal harga, kata dia, bisa dilihat dari kesulitan, biaya perlengkapan, dan luas lukisan.
"Biasanya order dengan luas 60x40 dan 60x80. Gak tentu tergantung yang minta. Kalau ini 90x70. Harga kondisional, dari tingkat kesulitan. Kalau foto dituntut mirip, sulitnya itu. Paling mentok pernah laku Rp 900 ribu," pungkas Lukman.
Reporter : Mohammad Ulil Albab
Sumber : Merdeka.com
(Annisa Suryanie)
Advertisement